Laporan PKU 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan dan rahmatNya maka kami bisa menyelesaikan sebuah laporan dengan tepat waktu.

Berikut ini kami akan mempersembahkan sebuah laporan dengan judul “Peranan
Pengendalian Hama Penyakit Tanaman dan Gulma dalam Meningkatkan Produksi Tanaman
Kelapa Sawit” yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita dalam
pemeliharaan/pengendalian untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit.

Terimakasih kepada pembimbing, guru dan semua yang telah menyempatkan diri
untuk hadir di seminar ini. Sebelumnya saya dan rekan saya berterimakasih atas kesempatan
ini sehinggga kami bisa berdiri disini untuk mempresentasikan hasil laporan kami selama pkl
dari tanggal 26 Agustus 2024 sampai 26 November 2024 dengan judul laporan “Peranan
Pengendalian Hama Penyakit Tanaman dan Gulma dalam meningkatkan produksi Tanaman
Kelapa Sawit.”
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit adalah upaya menjaga
kesehatan tanaman sawit dari serangan hama dan penyakit yang bisa mengurangi
produktivitas serta kualitas hasil panen. Tanaman sawit sangat rentan terhadap berbagai hama
dan penyakit, terutama masa tanamnya yang panjang dan area perkebunan yang luas.
Pengendalian gulma diperkebunan kelapa sawit adalah upaya untuk mengendalikan
pertumbuhan tanaman pengganggu yang bisa bersaing dengan tanaman sawit dalam hal
nutrisi, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Gulma dapat menghambat pertumbuhan kelapa sawit,
terutama pada masa awal penanaman, sehingga pengendaliannya menjadi penting untuk
memastikan tanaman sawit dapat tumbuh dengan optimal dan produktif.
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit adalah serangkaian
tindakan untuk melindungi tanaman dari serangan organisme pengganggu yang dapat
mengurangi hasil dan kualitas produksi minyak sawit. Kelapa sawit merupakan komoditas
bernilai tinggi dengan umur produktif yang panjang, sehingga rentan terhadap kerugian
ekonomi yang signifikan jika terjadi serangan hama dan penyakit.
Pengendalian dilakukan dengan berbagai metode seperti penggunaan pestisida,
penerapan teknik budidaya yang tepat, serta pemanfaatan musuh alami hama. Hal ini penting
untuk menjaga produktivitas tanaman kelapa sawit, mencegah penyebaran wabah, dan
mendukung keberlanjutan perkebunan tanpa merusal ekosistem sekitar.
Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit adalah upaya untuk mengendalikan
tanaman pengganggu yang bersaing dengan sawit dalam mendapatkan air, nutrisi dan cahaya.
Gulma yang tidak terkendali dapat menghambat pertumbuhan kelapa sawit, menurunkan hasil
produksi dan menyulitkan kegiatan pemeliharaan serta panen.
Melalui pengendalian gulma yang tepat, tanaman sawit dapat tumbuh lebih optimal
karena mendapatkan sumber daya yang cukup. Selain itu, pengendalian gulma membantu
mencegah penyebaran hama dan penyakit, menjaga aksesibilitas lahan, serta mendukung
keberlanjutan lingkungan di area perkebunan.
Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit. Kelapa sawit
merupakan bahan baku utama dalam produksi crude palm oil(CPO). Potensi hasil produksi
crude palm oil (CPO) di Indonesia sangat besar apabila di gunakan sebagai bahan baku
produk produk minyak, baik untuk makanan maupun non makanan. Dengan terus
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produksi yang berasal dari minyak kelapa sawit
mengakibatkan kenaikan jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun. Sejak
tahun 1980, perkembangan produksi tanaman kelapa sawit dalam bentuk crude palm oil
(CPO) di Indonesia terus mengalami teningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
11,48%per tahun (Direktorat jendral perkebunan, 2019).

Produksi minyak sawit 2019 mencapai 51,8 juta ton CPO atau sekitar 9% lebih tinggi
dari produksi tahun 2018 sementara konsumsi domestik naik 24% menjadi 16,7 juta ton
dengan rincian konsumsi biodiesel naik 49%, pangan naik 14% dan oleokimia naik 9%.
Volume ekspor produk sawit tahun 2019 sebesar 35,7 juta ton naik 4% dari ekspor 2018.
Nilai ekspor produk minyak sawit termasuk oleokimia dan biodiesel 2019 diperkirakan
mencapai USD 19 milyar.

Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa luasnya areal lahan perkebunan kelapa sawit
dan jumlah produksi sangat tinggi, mengakibatkan jumlah limbah yang di hasilkan pun tinggi
baik itu limbah padat (solid,tandan kosong dll). maupun limbah cair. Saat ini limbah kelapa
sawit memang sudah banyak yang mulai mencoba mendaur ulang dengan menjadikan pupuk,
tetapi masih belum memecahkan masalah limbah kelapa sawit. Apabila diolah atau di daur
ulang akan memberikan banyak manfaat bagi tanaman kelapa sawit sendiri bahkan juga
bermanfaat bagi ternak.

Kingdom Plantae
Sub Kingdom Tracheobionta
Super Devisi Sprematophyta
Divisi Magnoliophyta
Kelas Liliopsida
Sub Kelas Arecidae
Ordo Arecales
Famili Arecacea
Genus Elaeis
Spesies Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit(Elaeis guineensis Jacq) adalah jenis tumbuhan dari wilayah pesisir barat
afrika, terutama dari wilayah yang kini di kenal sebagai kamerun, kongo, angola, dan
guinea.Tanaman kelapa sawit tumbuh liar di hutan hujan tropis pada wilayah tersebut dan
telah di manfaatkan oleh penduduk setempat selama berabad-abad sebagai sumber makanan.
Tanaman ini juga di gunakan sebagai bahan baku untuk sebagai produk rumah tangga.Habitat
asli sawit adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15°
LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut
dengan kelembaban 80-90%.
Sejarah kelapa sawit bias ditelusuri hingga abad ke-15 ketika tanaman ini pertama kali
di temukan tumbuh di wilayah pesisir barat afrika. Tanaman kelapa sawit kemudian tersebar
ke seluruh dunia, termaksud asia tenggara.
Pada tahun 1844, kelapa sawit di bawah ke eropa pada .para pelaut portugis kemudian
menyebar ke seluruh dunia, termaksud ke amerika selatan dan asia tenggara.
Daun kelapa sawit berbentuk menyirip (pinnate) dengan helai daun panjang dan sempit.
Panjang pelepah kelapa sawit bisa mencapai 5-7 meter, tergantung umur dan kondisi pohon.
Daunnnya berwarna hijau tua. Pelepah daun (rachis) kuat dan berduri. Duri-duri ini terdapat
pada bagian pangkal dan sisi pelepah. Daun tumbuh dari titik tunbuh di puncak pohon dan
tersusun dalam bentuk spiral mengelilingi batang.
Buah kelapa sawit umumnya berbentuk oval atau bulat dengan ukyuran bervariasi,
biasanya sepanjang 2,5-5 cm. Buah muda berwarna hijau atau merah, dan berubah menjadi
oranye kemerahan atau ungu saat matang. Buah kelapa sawit tumbuh berkelompok dalam
tandan besar yang disebut tandan buah segar (TBS). Bagian daging buah berwarna oranye,
mengandung minyak yang disebut minyak sawit. Di dalam daging buah terdapat biji yang
juga mengandung minyak, dikenal dengan minyak inti sawit. Terdiri dari lapisan luarr yang
keras (pericarp) dan melindungi daging buah serta biji di dalamnya.
Bentuk batang kelapa sawit tegak, lurus, dan tidak bercabang, mirip dengan pohon
palem lainnya. Permukaan batang ditutupi dengan bekas pelepah daun yang membentuk pola
bersisisk. Seirirng bertambahnya usia, pelepah akan rontok, meningggalkan bekas yang jelas.
Batang kelapa sawit bisa tumbuh hingga mencapai ketinggian 20-30 meter tergantung umur
dan kondisi tumbuhnya. Diameter batang biasanya berkisar antara 30-50 cm, tergantung umur
pohon. Bagian luar batang berwrna coklat tua hinggga kehitaman, sedangkan bagian
dalamnya berwrna lebih terang dan terserat. Batangnya terserat keras dan tidak memiliki
kambium, sehinggga tidak mengalami penebalan sekunder seperti pohon berkayu lainnya.
Bunga kelapa sawit terbagi menjadi 2. Bunga kelapa sawit yang berjenis kelamin
jantan memiliki bentuk yang ramping memanjang, ujung kelopak bunganya agak meruncing.
Tangkai bunga jantan berukuran lebih panjang dari pada bunga betina dengan bentuk tangkai
yang lonjong. Tandan bunga jantan terbungkus oleh seludang bunga yang akan pecah
menjelang waktu bunga jantan mekar.
Pada hari pertama setelah kelopak terbuka, tepung sari keluar dari bagian ujung tandan
bunga, pada hari kedua di bagian tengah, sedangkan pada hari ketiga dibagian bawah tandan.
Pada hari ketiga keluarnya tepung sari, bunga jantan juga akan mengeluarkan bau yang
spesifik. Hal ini menandakan bunga jantan sedang aktif dan tepung sari dapat dipergunakan
atau diambil untuk penyuburan buatan (Sitepu, 2008).
Bunga betina kelapa sawit memiliki kekhasan pada bentuknya yang oval membulat,
ujung kelopak bunganya pun tampak rata. Tandan bunga betina berukuran panjang 24-45 cm.
pada tanda bunga betina terdapat 700-6.000 bulir bunga betina tergantung pada lokasi dan
umur tanaman (Tandon et al., 2001).
Waktu yang diperlukan agar semua bunga betina mekar pada setiap tandan bunga
betina sekitar 3 hari yang dimulai dari bagian pangkal tandan: biasanya 15% pada hari
pertama 60%mekar pada hari kedua, dan sisanya 15% mekar pada hari ketiga (Prasetyo dan
Agus, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pengendalian hama dan penyakit tanaman yang mempengaruhi
produksi tanaman kelapa sawit yang di ada PT. Harlitama Agri Makmur
2. Bagaimana Pengendalian gulma yang mempengaruhi produksi tanaman kelapa
sawit yang di ada PT. Harlitama Agri Makmur

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pengendalian hama dan penyakit tanaman yang
mempengaruhi produksi kelapa sawit yang ada di PT. Harlitama Agri Makmur
2. Untuk mengetahui cara pengendalian gulma yang mempengaruhi produksi kelapa
sawit yang ada di PT. Harlitama Agri Makmur

1.4 Manfaat
Hasil praktek kerja lapangan ini di harapkan mendapatkan informasi tambahan
yang berhubungan dengan hama dan penyakit serta gulma dan cara pengendaliannya
untuk meningkatkan produktifitas tanaman kelapa sawit di PT. Harlitama Agri
Makmur
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Hama Penyakit Tanaman


Kelapa sawit merupakan salah satu usaha pemeliharaan yang dilakukan dengan
maksud untuk mengurangi kehilangan hasil panen dan untuk meningkatkan
produktivitas.Metode penerapannya menggunakan konsep panduan hama terpadu
(PHT) yang memadukan semua metode pengendalian sedemikian rupa, termasuk
didalamnya pengendalian secara fisik, pengendalian mekanik, pengendalian secara
bercocok tanam (kultur teknis) pengendalian secara biologi atau hayati dan
pengendalian kimiawi sebagai alternatif terakhir, untuk menurunkan dan
mempertahankan populasi organism pengganggu dibawah batas ambang ekonomi,
menstabilkan dan menjaga ekosistem.

A. Hama Penyakit Tanaman (HPT)

1. Tungau

Tungau yang menyerang


tanaman kelapa sawit adalah
tungau merah (Oligonychus).
Bagian diserang adalah daun.
Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup di sepanjang tulang anak daun sambil
mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilat
berwarna kecoklatan. Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam
keadaan cuaca kering pada musim kemarau. Gangguan tungau pada
persemaian dapat mengakibatkan rusaknya bibit.

Pengendalian terhadap tungau merah ini dapat dilakukan dengan


penyemprotan dengan akarisida yang berbahan aktif tetradion 75,2 gr/lt
(Tedion 75 EC) disemprotkan dengan konsentrasi 0,1-0,2%.
2. Ulat Api

Ulat Api merupakan serangga


yang berasal dari Ordo
Lepidoptera dan Famili
Limacodidae. Terdapat empat
spesies Ulat Api yang umum menyerang Kelapa Sawit, yaitu: Setothosea
asigna, Setora nitens, Darna trima, dan Parasa lepida. Penyebutan Ulat Api
pada OPT ini disebabkan oleh struktur seperti duri-duri yang menyelubungi
tubuhnya mengandung toksin yang dapat menimbulkan rasa gatal, sakit, dan
sensasi seperti terbakar apabila tersentuh kulit (Direktorat Perlindungan
Perkebunan, 2016).

Ulat Api menyerang bagian daun Kelapa Sawit dan mampu menghabiskan
daun hingga helaian daun berlubang atau habis hingga meninggalkan bagian
yang dekat dengan tulang daun. Kehilangan daun dapat mencapai 90% per
pelepah daun seperti yang terlihat pada gambar 2. Hal tersebut dapat
mengganggu terjadinya proses fotosintesis pada tanaman sehingga
menghambat proses pembentukan bunga dan buah yang berdampak pada
penurunan kualitas, produksi, dan produktivitas Kelapa Sawit (Direktorat
Perlindungan Perkebunan, 2016).
3. Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus

Hama ini menyerang akar


tanaman kelapa sawit. Serangan
nematoda Rhadinaphelenchus
cocopilus menimbulkan gejala
berupa daun-daun muda yang
akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Selanjutnya daun
berubah warna menjadi kuning dan mengering. Tandan bunga membusuk dan
tidak membuka, sehingga tidak menghasilkan buah.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara tanaman yang terserang
diracun dengan natrium arsenit. Untuk memberantas sumber infeksi, setelah
tanaman mati atau kering dibongkar lalu dibakar

4. Kumbang Oryctes rhinoceros


Se rangan hama ini cukup membahayakan jika
terjadi pada tanaman muda, sebab jika
sampai mengenai titik tumbuhnya
menyebabkan penyakit busuk dan
mengakibatkan kematian.
Pengendalian kumbang ini dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun,
terutama di sekitar tanaman. Sampah-sampah dan pohon yang mati dibakar,
agar larva hama mati. Pengendalian secara biologi dengan menggunakan jamur
Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.

5. Ngengat Tirathaba mundella.

Hama penggerek tandan buah


adalah ngengat Tirathaba
mundella. Hama ini meletakkan
telurnya pada tandan buah, dan
setelah menetas larvanya (ulat) akan melubangi buah kelapa sawit. Tirathaba
mundella banyak menyerang tanaman kelapa sawit muda berumur 3-4 tahunan,
tetapi pada kondisi tertentu juga ditemui pada tanaman tua. Gejala serangannya
berupa bekas gerekan yang ditemukan pada permukaan buah dan bunga. Bekas
gerekan tersebut berupa faeces dan serat tanaman.
Larva Tirathaba mundella dapat memakan bunga jantan maupun bunga betina.
Larva menggerek bunga betina, mulai dari bunga yang seludangnya baru
membuka sampai dengan buah matang. Bunga yang terserang akan gugur dan
apabila ulat menggerek buah kelapa sawit yang baru terbentuk sampai ke
bagian inti maka buah tersebut akan rontok (aborsi) atau berkembang tanpa
inti.
Akibatnya fruitset buah sangat rendah akibat hama ini. Buah muda dan buah
matang biasanya digerek pada bagian luarnya sehingga akan meninggalkan
cacat sampai buah dipanen atau juga menggerek sampai inti buahnya. Sisa
gerekan dan kotoran yang terekat oleh benang-benang liur larva akan
menempel pada permukaan tandan buah sehingga kelihatan kusam. Pada
serangan baru, bekas gerekan masih berwarna merah muda dan larva masih
aktif di dalamnya. Sedangkan pada serangan lama, bekas gerek berwarna
kehitaman dan larva sudah tidak aktif karena larva telah berubah menjadi
kepompong. Serangan hama ini dapat menyebabkan buah aborsi.

B. Penyakit
1. Penyakit akar (Blast disease)

Gejalanya yaitu tanaman


tumbuh tidak normal, lemah,
dan daun berubah warna dari
hijau menjadi kuning (nekrosis).
Nekrosis dimulai dari ujung
daun dan beberapa hari
kemudian tanaman mati. Bibit maupun tanaman dewasa yang terserang
akarnya membusuk. Penyebabnya adalah jamur Rhizoctonia lamellifera dan
Phytium sp. Melakukan budidaya yang baik merupakan cara yang efisien
untuk pencegahan penyakit ini. Tindakan tersebut antara lain dengan membuat
persemaian yang baik agar bibit sehat dan kuat, pemberian air yang cukup dan
naungan pada musim kemarau.

2. Penyakit busuk pangkal batang (Basal stem rot atau Ganoderma)

Gejalanya yaitu daun hijau


pucat dan daun muda
(janur) yang terbentuk
sedikit. Daun yang tua layu,
patah pada pelepahnya, dan
menggantung pada batang. Selanjutnya pangkal batang menghitam, getah
keluar dari tempat yang terinfeksi, dan akhirnya batang membusuk dengan
warna cokelat muda. Akhirnya bagian atas tanaman berjatuhan dan batangnya
roboh. Penyebabnya adalah jamur Ganoderma applanatum, Ganoderma
lucidum, dan Ganoderma pseudofferum. Jamur ini akan menular ke tanaman
yang sehat jika akarnya bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang
sakit. Pencegahannya yaitu, sebelum penanaman sumber infeksi dibersihkan
terutama jika areal kelapa sawit merupakan lahan bekas kebun kelapa atau
kelapa sawit, tunggul-tunggul ini harus dibongkar serta dibakar.

3. Penyakit busuk kuncup (Spear rot)

Gejalanya yaitu jaringan pada


kuncup membusuk dan berwarna
kecokelat-cokelatan. Setelah
dewasa, kuncup akan bengkok dan
melengkung. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti sampai sekarang.
Pemberantasannya dengan memotong bagian kuncup yang terserang.

4. Penyakit garis kuning (Patch yellow)

Gejalanya yaitu pada daun yang


terserang, tampak bercak-bercak
lonjong berwarna kuning dan
ditengahnya terdapat warna cokelat.
Penyakit ini sudah menyerang pada saat bagian ujung daun belum membuka,
dan akan menyebar ke helai daun lain yang telah terbuka pada pelepah yang
sama. Daun yang terserang akan mengering dan akhirnya gugur. Penyebabnya
adalah jamur Fusarium oxysporum. Penyakit ini menyerang tanaman yang
mempunyai kepekaan tinggi dan disebabkan oleh faktor turunan.
Pencegahannya adalah dengan usaha inokulasi penyakit pada bibit dan
tanaman muda, dapat mengurangi penyakit di pesemaian dan tanaman muda di
lapangan.

5. Anthracnose

Gejalanya yaitu terdapat


bercak-bercak cokelat tua
pada ujung dan tepi daun. Bercak-bercak dikelilingi warna kuning yang
merupakan batas antara bagian daun yang sehat dan yang terserang. Gejala lain
yang tampak adalah adanya warna cokelat dan hitam diantara tulang daun.
Daun-daun yang terserang menjadi kering dan berakhir dengan kematian.
Penyebabnya adalah jamur Melanconium sp, Glomerella cingulata, dan
Botryodiplodia palmarum. Pencegahan secara agronomis dengan mengatur
jarak tanam, penyiraman yang teratur, pemupukan, pemindahan bibit dari
pesemaian berikut tanahnya yang menggumpal di akar.

6. Penyakit tajuk (Crown disease)

Gejalanya yaitu helai daun


mulai pertengahan sampai
ujung pelepah kecil-kecil,
sobek, atau tidak ada sama
sekali. Pelepah yang bengkok
dan tidak berhelai daun merupakan gejala yang cukup serius. Gejala ini tampak
pada tanaman yang berumur 2 – 4 tahun. Penyebabnya yaitu gen keturunan
dari tanaman induk. Pencegahannya dengan menyingkirkan tanaman-tanaman
induk yang mempunyai gen penyakit tersebut. Tanaman kelapa sawit dapat
diserang oleh berbagai hama dan penyakit. Hama yang terdapat pada
pertanaman kelapa sawit diantaranya yaitu tungau, ulat setora, nematoda,
kumbang Oryctes rhinoceros dan penggerek tandan buah. Penyakit yang
menyerang pertanaman kelapa sawit diantaranya yaitu penyakit akar, penyakit
busuk pangkal batang, penyakit busuk kuncup, penyakit garis kuning,
anthracnose, dan penyakit tajuk. Beberapa jenis hama dan penyakit dapat
menimbulkan kerugian yang besar pada bibit, tanaman belum menghasilkan
dan tanaman menghasilkan. Pengendalian terhadap hama dan penyakit perlu
dilaksanakan secara baik dan benar untuk meminimalisir penurunan
produktivitas kelapa sawit.

2.2 Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh hampir dimana saja, namun
keberadaannya sangat tidak diinginkan di areal pertanaman. Pada tanaman kelapa
sawit gulma akan bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya, iklim mikro,
menyumbat saluran drainase yang dapat menyebabkan areal terendam air, hingga
menyulitkan evakuasi hasil panen dan pada akhirnya menurunkan produktifitas
kebun. Pertumbuhan gulma pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) akan sangat
cepat dikarenakan intensitas cahaya yang sampai permukaan tanah masih tinggi dan
memicu perkecambahan benih-benih gulma yang terdapat di sekitar pertanaman.
Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit sangat penting untuk
memastikan pertumbuhan optimal dan produktivitas tanaman. Gulma adalah tanaman
pengganggu yang tumbuh di sekitar kelapa sawit dan dapat bersaing secara langsung
dengan tanaman utama untuk mendapatkan sumber daya penting seperti air, cahaya
matahari, nutrisi dan ruang tumbuh. Tanpa pengendalian yang tepat, gulma dapat
mengurangi ketersediaan unsure hara dan air yang seharusnya dimanfaatkan oleh
tanaman kelapa sawit, sehingga menurunkan tingkat pertumbuhan dan hasil panen.

1. Lalang (Imperata Cylindrica)

Alang-alang dapat berbiak dengan cepat,


dengan benih-benihnya yang tersebar cepat
bersama angin, atau melalui rimpangnya yang
lekas menembus tanah yang gembur.
Berlawanan dengan anggapan umum, alang-
alang tidak suka tumbuh di tanah yang
miskin, gersang atau berbatu-batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang
cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap
atau kering. Di tanah-tanah yang becek atau terendam, atau yang senantiasa
ternaungi, alang-alang pun tak mau tumbuh. Gulma ini dengan segera menguasai
lahan bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah yang mengering,
tepi jalan dan lain-lain. Di tempat-tempat semacam itu alang-alang dapat tumbuh
dominan dan menutupi areal yang luas.

Sampai taraf tertentu, kebakaran vegetasi dapat merangsang pertumbuhan alang-


alang.[7] Pucuk-pucuk ilalang yang tumbuh setelah kebakaran disukai oleh hewan-
hewan pemakan rumput, sehingga lahan-lahan bekas terbakar semacam ini sering
digunakan sebagai tempat untuk berburu.

2. Pakis Udang (sPtenoclaena Palustris)


Paku ramiding menyebar secara
alami di Asia tropis, mulai
dari India di barat, ke Asia
Tenggara di mana ia menyebar
luas, termasuk di
Kepulauan Nusantara, hingga ke Polinesia dan Australia.
Tumbuh hingga ketinggian 900 mdpl dan merambat pada hutan-hutan bekas
penebangan kayu terutama dekat air tawar, air payau, hutan bakau, di tanah pasir,
khususnya di sepanjang tepi sungai dan sumber air.[6] Paku ini didapati di mana-
mana di dataran rendah, di tempat terbuka dan hutan sekunder, dan umum
ditemukan di wilayah rawa-rawa, termasuk rawa gambut. Acap memanjat dan
rapat menutupi tajuk pohon-pohon di hutan yang agak terbuka. [8]Terkadang
tumbuh beramai-ramai, sehingga menyerupai resam (Dicranopteris
linearis (Burm.) Clarke.).

3. Pakis Kadal (Cyclosorus Aridus)

Cyclosorus adalah
marga pakis anggota
suku Thelypteridaceae, anaksuku
Thelypteridoideae, dalam
klasifikasi Pteridophyte Phylogeny
Group tahun 2016 (PPG I). Sumber lain menggabungkan Cyclosorus ke dalam
genus Thelypteris dengan cakupan sangat luas; atau memperluas cakupan marga
untuk memasukkan anggota marga lain yang dipisahkan oleh PPG I. Sebagai
misal, Flora of China memasukkan ada sekitar 250 jenis (spesies), sementara PPG
I hanya memasukkan dua jenis saja.

4. Rumput Gajah (Pannisetum Purpureum)

Pannisetum Purpureum, yang lebih


dikenal sebagai rumput gajah atau
napier grass, adalah spesies rumput
tropis dari keluarga Poaceae.
Rumput ini terkenal karena
pertumbuhannya yang cepat dan ukuran besar, serta sering digunakan sebgaia
pakan ternak di daerah tropis dan subtropics. Di perkebuan kelapa sawit, rymput
gajah sering digunakan sebgai pakan hijauan bagi ternak yang di gembalakan
disekitar perkebunan.

5. Ekor Rubah (Pannisetum Setosum)

Pennisetum Setosum sering ditemukan


tumbuh liar di perkebunan kelapa sawit,
terutama diareal terbuka dan kurang
terawat. Dikebun sawit, rumput ini dapat
menjadi masalah karena bersifat invasive dan mampu bersaing dengan tanaman
sawit muda, mengurangi ketersediaan nutrisi dan air. Selain itu, pertumbuhan yang
cepat dan lebat dari rumput ini dapat menyulitkan pengolahan kebun dan
menghambat pertumbuhan kelapa sawit.

6. Siak jantan (Dianella SP)

Dianella Sp, umumnya tidak


digunakansecara komersial diperkebunan
kelapa sawit. Namun, karena
kemampuannya untuk tumbuh ditanah
yang miskin nutrisi dan toleransi terhadap
kondisi kering , Dianella dapat tumbuh disekitar areal perkebunan kelapa sawit,
terutama di areal terbuka atau terpinggirkan. Tanaman ini mungkin tumbuh
sebagai tanaman liar atau semak, meskipun tidak memiliki manfaat langsung
dalam produksi sawit. Jika tumbuh diperkebunan sawit, Dianella umumnya tidak
mengganggu di perkebunan kelapa sawit karena tidak bersifat invasive dan
cenderung tidak bersaing dengan tanaman utama.

7. Putihan (Chromolaena Odorata)


Kucingan Gajah (Mimosa Pigra)
Gulma siam (Chromolaena
odorata L.) adalah gulma yang
agresif karena kemampuannya
untuk regenarasi dan mengkoloni
suatu lahan, sehingga mendominasi vegetasi dengan menekan pertumbuihan
gulma lain.

8. Pengorak (Asystasia Intrusa)

Rumput israel dianggap


sebagai gulma utama di ladang-
ladang pohon karetdan kelapa
sawit di Nusantara. Di bidang
penternakan, ia dapat dijadikan
makanan binatang ternak terutamanya lembu, kambing dan biri-biri.Selain itu,
rumput israel juga dapat dijadikan obat-obatan dalam pengobatan tradisional.
Rumput Israel digunakan secara tradisional untuk mengobati asma,
reumatik, batuk kering, dan gangguan pencernaan. Aktivitas farmakologis dari
tanaman rumput israel di antaranya efek bronkopasmolitik, anti inflamasi, anti
hipertensi, anti artritis, dan antiviral dengue.

9. Sarang Buaya (Ottochloa Nodosa)

Ottochloa nodosa merupakan gulma


yang kehadirannya tidak
dikehendaki di kebun kelapa sawit
karena dapat menurunkan hasil
produksi tanaman kelapa sawit, sehingga harus dilakukan pengendalian.

10. Kerisan (Scleria Sumatrensis)


Rija-rija, atau juga disebut
kerisan, adalah sejenis rumput
yang termasuk ke dalam suku
teki-tekian. Gulma di
perkebunan dan tanah paya ini
menyebar di Asia tropis mulai dari India hingga Formosa, melalui Malesia
hingga ke Queensland, Australia.

11. Paku Laras (Nephrolepis Biserrata)

Waktu utama untuk memindahkan


nephrolepis biserrata adalah dari
pertengahan musim semi hingga awal
musim panas atau dari awal musim
dingin hingga akhir. Pada waktu ini, nephrolepis biserrata dapat memanfaatkan
iklim yang seimbang mendukung pertumbuhan akar yang kuat dan penyerapan
nutrisi. Ini juga merupakan waktu yang baik karena mengurangi stres transplantasi,
memastikan transisi yang mulus.

12. Patik Mas (Euphirbia Heterophylla)


Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Penyebarannya
meluas ke daerah tropis dan subtropis termasuk ke Indonesia. Diperkenalkan ke
Asia Selatan dan Tenggara sebagai tanaman hias. Patik mas juga seringkali
dianggap sebagai gulma, namun berkhasiat sebagai obat dan banyak digunakan
dalam pengobatan tradisional Afrika. Daun mengandung senyawa dengan aktivitas
diantaranya antimikrobia dan antiinflamasi.

13. Akar Kala (Clidemia Hirta)

Clidemia hirta merupakan


semak yang berumur panjang
yang biasanya tumbuh setinggi
0,5–3 m, tetapi kadang-kadang
tingginya mencapai 5 m. Di
habitat yang lebih teduh ia
tumbuh jauh lebih tinggi daripada di daerah terbuka, di mana biasanya tingginya
kurang dari 1 m.

Batang yang lebih muda berbentuk bulat dan ditutupi rambut, kaku, berwarna
coklat atau berwarna kemerahan. Daun-daun sederhana yang tersusun berlawanan
ditopang pada tangkai. Bentuknya lonjong atau berbentuk telur dan lebar di
pangkal, berujung runcing, dan hampir seluruh tepi daunnya bergigi halus.
Permukaan daun bagian atas jarang ditutupi rambut. Sedangkan permukaan daun
bagian bawah dan tepi daun lebih berambut. Daunnya juga memiliki penampilan
yang agak keriput dan memiliki lima urat berbeda yang tersusun hampir paralel
dari pangkal daun hingga ujungnya.

14. Rumput Jepang (Eleusina Indica)


Sambau atau rumput
belulang (Eleusine indica) adalah
sejenis tumbuhan untuk
pakan ternak. Tumbuhan ini termasuk ke
dalam suku Poaceaeyaitu suku rumput-
rumputan. Rumput ini memiliki sebutan
lain disetiap daerah. Carulang atau jampang adalah sebutan rumput ini di
daerah Sunda, dan lulangan untuk Jawa.
Sambau hidup terestrial, berumbai, tegak, herba, dan terdapat akar
pada nodus. Batang tumbuhan ini datar dan tidak berbulu. [2] Akar rumput belulang
termasuk ke dalam akar serabut. Daun tumbuhan ini berwarna hijau dengan
panjang lebih dari 2 cm. Bunga biseksual, tersusun menjadi satu pada bagian
terminal atau biasa disebut malai, berwarna hijau dengan kelopak yang tidak
terlihat.

15. Teki-tekian (Cyeprus Ratundus)

Rumput teki berasal dari Afrika,


Asia Selatan, Eropa Tengah dan
Selatan. Rumput teki memiliki
sifat yang mudah beradaptasi
sehingga mudah dan banyak ditemukan di daerah tropis, subtropis, dan sedang.
Tersebar di semua benua (Eropa, Asia, Amerika, Afrika, dan Australia). Walaupun
bersifat tanaman pengganggu, namun gulma ini merupakan tanaman penting
dalam pengobatan di India dan China yang dipercaya memiliki banyak khasiat
bagi kesehatan.
16. Rumput Lumpur (Scleria Sumatrensis)

Rumput rija-rija adalah sejenis


rumput yang termasuk ke dalam
suku teki-tekian dan tersebar luas
ke India, Sri Lanka, Indo-China,
China Selatan, Thailand,
Semenanjung Malaysia, Indonesia
(Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi), Filipina, dan Australia bagian utara
(Queensland). Di Kalimantan, rumput rija-rija dikenal sebagai gulma yang sangat
mengganggu dan merupakan salah satu tumbuhan liar yang banyak terdapat di
lahan rawa semi yang terendam air pasang surut dan dapat menjadi indikator untuk
tanah sulfat masam. Namun, walaupun dikenal sebagai gulma, secara tradisional
rumput rija-rija memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan, di mana masyarakat
di Semenanjung Malaysia telah menggunakan rebusan akarnya yang dicampur
dengan akar pandan dan Areca catechu dan cabai merah (Capsicum) untuk
mengobati gonore.
17. Wedusan (Ageratum Conyzoides)
Bandotan berasal dari daerah tropis
di Amerika. Di Indonesia, tanaman
ini merupakan tanaman liar yang
dikenal sebagai gulma di ladang.
Memiliki manfaat sebagai tanaman
obat, yang umumnya digunakan
untuk mengobati luka. Tanaman ini juga dapat digunakan untuk mencuci rambut dan
menghilangkan ketombe, karena mengandung minyak esensial.

18. Senggani (Melastoma Malabathiricum)


Senduduk (Melastoma
malabathricum) adalah tumbuhan
semak (shrub) dan termasuk ke
dalam keluarga Melastomataceae.
Tumbuhan ini mempunyai bunga
berwarna ungu cerah dengan batang kemerahan yang berbulu, biasanya tumbuh di
padang rumput terbuka atau hutan. Tumbuhan ini berasal dari Melanesia, Jepang,
Australia dan menyebar luas ke seluruh daerah tropis, juga dapat ditemukan di
Indonesia. Salah satu tempat persebarannya di kecamatan Ndoso, Manggarai
Barat, Nusa Tenggara Timur.

19. Gelanggang (Cassia Alata)


Ketepeng
Cina atau gelinggang (Senna alata)
adalah tanaman liar semak, perdu,
rimbun yang berasal
dari Amerika tropis.[1] Ketepeng
sendiri adalah peyebutan umum dari tanaman genus Senna, beberapa penyebutan
lainya di Indonesia kerap sebut daun kupang, ketepeng, daun kurap, gelenggang ,
kupang-kupang (Melayu), Gelinggang (Paser), ura'kap (Busang), ketepeng cina,
ketepeng kebo (Jawa), ki manila, ketepang badak (Sunda), saya mara, haya mara
(Halamahera Utara), acon-aconan (Madura), tabankun (Tidore) dan kupang-
kupang (Ternate).
20. Paku Sarang Burung (Asplenium Nidus)
Paku sarang burung (Asplenium
nidus, syn.: A.
ficifolium Goldm., Thamnopteris nidus (L.)
C. Presl., Neottopteris rigida Feé)
merupakan jenis tumbuhan paku jamak ditemui di tempat-tempat yang lembab dan
ternaung ini juga populer ditanam sebagai tanaman hias. Ia juga memiliki nama
lain seperti kadaka (Sd.); kedaka (Jw.,Btw.); lukut (Bjr.), dan lainnya.

21. Gendong Anak (Borreria Alata)


Borreria Alata adalah spesies tumbuhan
gulma yang termasuk dalam keluarga
Rubiaceae. Gulma ini sering ditemukan
dilahan pertanian, khususnya di daerah
tropis dan subtropis. Ciri-cirinya meliputi
batang tegak atau menjalar dengan rambut halus, daun yang berhadapan, serta
bunga kecil berwarna putih atau merah muda yang tumbuh dalam tandan kecil.

22. Rumput Kerbau (Paspalum Conjugatum)


Rumput ini berasal dari daerah tropis
Amerika, telah dinaturalisasi secara luas di
Asia Tenggara Tropis dan Kepulauan
Pasifik. Ini juga menyebar ke Afrika Utara
dan Australia Utara dan Timur. Di Indonesia
persediaan sangat melimpah yang banyak digunakan sebagai pakan ternak
terutama kerbau.
Tumbuhan ini hidup di daerah tropis sampai subtropis. Tumbuh baik di daerah
dengan ketinggian hingga 1.700 m dpl, curah hujan 700-2.500 mm/th, dengan
sinar matahari penuh hingga naungan sedang dan suhu tahunan sekitar 25-35°C.
Sering ditemukan di lapangan, di bawah pohon, sepanjang pinggir jalan dan di tepi
sungai.
23. Talas/Keladi (Colocasia Spp)
Colocasia adalah
sebuah genus. tumbuhan
berbunga dalam keluarga Araceae,
yang berasal dari Asia
Tenggara dan anak benua India.
Beberapa spesiesnya ditanam dan dinaturalisasikan di wilayah tropis dan subtropis
lainnya. Nama umumnya meliputi Tarul, Karkala ko ganu, Kuping
gajah, Taro, Cocoyam, Dasheen, Chembu, Champadhumpa, dan Eddoe.
24. Bahan Duri (Amaranthus Spinosus)
Amaranthus Spinosus, atau dikenal sebagai
bayam duri, adalah spesies tumbuhan yang
sering dijumpai dilahan pertanian,
pekarangan dan tepi jalan. Tanaman ini
mulai dikenali dari duti-duri yang tumbuh
dibagian pangkal daunnya. Amaranthus Spinosus dapat tumbuh dengan cepat dan
bersaing dengan tanaman budidaya, sehinggga dapat mengurangi hasil pertanian.
Selain itu, tanaman ini juga dikenal tahan terhadap kondisi lingkungan yang
beragam.

25. Pulutan (Urena Lobata)

Pulutan (Urena lobata) adalah tumbuhan yang termasuk pada


familia Malvaceae/kapas-kapasan, artinya tumbuhan ini berkerabat
dengan gandapura, kapas, bunga sepatu, waru, sidaguri, dan cemplak -suatu jenis
rumput yang sangat bau.

26. Putri Malu (Mimosa Pudica)


Putri malu atau Mimosa pudica
L adalah perdu pendek anggota suku
polong-polongan yang mudah dikenal
karena daun-daunnya yang dapat
secara cepat menutup/layu dengan
sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat
melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya.
Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa menit keadaannya akan
pulih seperti semula.

27. Tembelekan (Lantana Cemara)


Tumbuhan yang sering disebut
tembelekan masuk dalam habitus
semak dengan akar tunggang. Batang
bersegi 4-6 serta beruas-ruas, kasar,
berduri di bagian ranting atau ujung
batang. Tumbuhan ini masuk dalam
daun tunggal dengan letak duduk daun bersilang berhadapan. Bentuk daun bulat
telur menyirip dengan pangkal membulat dan tepi yang bergerigi serta ujung
runcing. Permukan daun kasar dan berambut jarang.

Tahi ayam, saliara atau tembelekan (Lantana camara) adalah jenis tumbuhan
berbunga dari famili Verbenaceae yang berasal dari wilayah tropis di Amerika
Tengah dan Selatan. Saliara dapat digunakan sebagai obat memar, keracunan
makanan, serta untuk penghentian pendarahan pada penderita penyakit kanker
rahim.
BAB III

METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat Praktik

Waktu praktek dimulai pada hari Senin, 26 Agustus 2024 sampai dengan hari
Senin 25 November 2024. Praktek di, lakukan di PT. Harlitama Agri Makmur, Desa
Puuloro, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulewesi Tenggara.

3.2 Alat dan Bahan


A. Pengendalian tikus
1. Pengendalian tikus secara kimiawi
 Alat
- Ember
- Pengaduk
- Timba (untuk mengambil material)
 Material
- Ratgon/klerat
B. Pengendalian kumbang tanduk
1. Pengendalian kumbang tanduk secara mekanis
 Alat
- Sekop
- Cangkul
- Pisau
- Kawat pancing
- Plastic sisa polibagh
2. Pengendalian kumbang tanduk secara biologis
 Alat
- Wadah
- Timba
- Sekop
 Bahan
- Serbuk gergaji
 Material
- Jamur metharizium anisopliae
- Bacolovirus oryctes
3. Pengendalian kumbang tanduk mengunakan metode penangkapan (ferotrap)
 Alat
- Kayu/tongkat bamboo
- Ferotrap
 Material
- Feromonas
C. Pengendalian Rayap
1. Pengendalian rayap secara kimiawi
 Peralatan
- Alat semprot
 Material
- Insektisida/termisida Fipronil
D. Pengendalian gulma
1. Pengendalian gulma secara manual
 Alat
- Cangkul
- Parang
2. Pengendalian gulma secara kimiawi
 Peralatan
- Alat semprot knapsack
- Ember khusus herbisida
- Alat ukur volume
- Peralatan kesehatan kerja
 Material
- Herbisida sesuai kebutuhan
- Bahan pelekat/suktafat
- Air bersih
3.3 Prosedur kerja
A. Pengendalian tikus secara kimiawi
1. Prosedur
 Pengendalian dengan memakai rodentisida (klerat/ratgon) yang diaplikasikan
dalam bentuk umpan beracun rodentisida seperti klerat RM-T racumin,
walfarin dll. Pengendalian dilakukan jika serangan mencapai kategori sedang.
 Cara;Umpan diletakkan di piringan pohon atau di ketiak pelepah. Umpan
diletakkan di piringan pohon atau di ketiak pelepah dekat buah, sebanyak 2
butir/pohon, dengan pengulangan 2 butir\pohon, namun tidak semua pohon di
berikan pengulangan dengan inteval 7 hari. Pengumpanan dihentikan jika
tingkat serangan atau kerusakan baru pada buah atau pangkal batang dianggap
telah aman.
B. Pengendalian kumbang tanduk secara mekanis
1. Pengendalian kumbang tanduk secara mekanis
a. Prosedur
 Pembersihan\pemusnahan semua tempat perkembang biakan (breeding
site) seperti; tanaman mati membusuk, pohon kelapa sawit yang tumbang
harus dipotong-potong kemudian dibakar atau ditimbun dalam tanah.
 Menangkap larva\pupa dengan sekop\cangkul\pisau pada areal breeding
site kemudian dimusnahkan.
 Mengkait kumbang pada lubang gerekan dengan kawat pancing.
 Membalut pangkal batang dengan plastic sisa polibag
 Pada saat penanaman tanaman kelapa sawit diareal replanting\
pengembangan, dilakukan penanaman tanaman penutup tanah 6 bulan
penanaman.
2. Pengendalian kumbang tanduk secara biologis
Hama Oryctes mempunyai 2jenis musuh alami yang potensial, yaitu jamur,
Metarhizium anisopliae dan virus Bacolovirus oryctes.
a. Metarhizium anisopliae
1. Perbanyakan jamur M, anisopliae secara alami
 Menularkan larva mati jamur pada larva sehat dalam wadah berisi
media. Larva akan mati setelah +- 10 hari, dengan tubuhnya
ditumbuhi spora jamur berwarna hijau
 Mengumpulkan larva yang mati
 Media yang telah berisi jamur metarizium sp.at ditambah larva
sehat yang baru.
2. Penggunaan jamur M. anisopliae di lapangan
 Menggunakan 1 ekor larva mati per meter persegi sarang, 1-2 kali
setahun
 Larva mati jamur disebar di lapang dengan dosis 4 larva mari jamur
dicampur dengan 1 kg serbuk gergaji kemudian disebar di lapang
ppada sarang-sarang larva 1-2 kali setahun.
 Penyebaran metarhizium sp. Dilakukan dengan membenamkannya
sedalam 5 cm dari permukaan sarang. Pada tempat penggergajian
kayu sedalam 20-30 cm.
b. Bacolovirus oryctes
1. Perbanyakan virus Bacolovirus oryctes
 Kumbang yang terinfeksi mempunyai gejala berikut; usus bagian
tengah (mid gut) membengkak dan berwrna puttih susu. Selain
menyerang kumbang, virus ini juga menyerang larva dengan
gejalanya tubuh berwarna transparan atau coklat bening kemudia
coklat, berbau busuk yang khas
 Lima buah usus bagian tengah (mid gut) kumbang yang terinfeksi
virus dihancurkan atau digiling dengan beberapa tetes air dan
sedikit gula pasir (+- 1 g)
 Menginfeksi kumbang sejhat dilakukan dengan cara;
- Kumbang sehat dilaparkan kurang lebih 24 jam,
- Setelah itu, setiap ekor kumbang ditetesin suspense virus
sebanyak 2 tetes. Kumbang siap untuk dilepas dalam pertanaman
kelapa sawit yang terserang.
2. Penggunaan virus Bacolovirus oryctes di lapangan
 Melepas 10-12 kumbang bervirus \ha dalam 1 tahun
 Pelepasan dilakukan pada sore atau malam hari.
3. Pengendalian kumbang tanduk mengunakan metode penangkapan (ferotrap)
Kumbang betina dapat ditarik dilapangan dengan menempatkan kumbang
jantan didalam perangkap, hal ini karena kumbang jantan menghasilkan
feromon sex yang mengandung komponen ethyl 4-methyloctanoat
1. Pemasangan ferotrap
 Ferotrap dipasang pada areal yang terserang paling parah atau areal
yang banyak tanaman terserang.
 Ferotrap dipasang pada ketinggian 3-4 m dengan kayu\tongkat bambu
 Jarak antar ferotrap persatuan luas sebanyak 1 dan 2 ferotrap\ha
4. Pengendalian rayap dengan cara kimiawi
1. Sanitasi areal
 Penumbangan pohon mati akibat terserang rayap, pohon dibongkar
bersama pangkal batangnya kemudian dibakar.
 Apabila terdapat rayap yang aktif, maka seluruh bagian batang tersebut
harus disemprotkan 1-2 liter larutan insektisida berbahan aktif fipronil
perpohon dan di siramkan 2 liter larutan insektisida berbahan aktif
fipronil pada lubang galian (konsentrasi : 2.5-3 cc/liter air).
 Piringasn dan gawangan harus dalam kondisi selalu terawat.
2. Aplikasi
 Untuk pohon terserang dan rayap masih aktif, seluruh tanah yang
merupakan alur-alur rayap yang menutupi batang dan bagian lainnya
disemprotkan larutan insertisida/termisida dengan bahan aktif fipronil
(2,5-3 cc/liter air) secara merata, volume semprot 2-3 liter/pohom
(TBM) dan 3-5 liter/pohon (TM).
 Selain itu disiramkan 2 liter larutan isektisida/termisida berbahan aktif
fipronil dengan konsentrasi yang sama/pohon pada radius 50 cm
mengelilingi pangkal batang.
 Sebagai tindakan pencegahan, 6 pohon yang berada disekeliling pohon
terserang juga di siram masing-masing 2 liter larutan
insejtisida/termisida dengan bahan akif fipronil mengelilingi pangkal
batang pada radius 30 cm.
3. Pengendalian system umpan (bait)
System ini baru di perkenalan. Bekerja dengan cara: rayap pekerja
menemukan umpan racun melalui sifat tropaksis (saling menyuapi), akan
memberikan makanan pada pekerja lain, prajurit dfan ratu. Racun bersifat
lambat, sehingga yang mengkomsumsi umpan tidak secara ototmatis
mengalami kematian.
4. Hasil prosedur
Evaluasi hasil pengendalian sangat di perlukan, hal ini mengetahui
keberhasilan (efektifitas) pengendalian yang sadah di laksanakan termasuk
kualitas pengendalian oleh tenaga pengendali. Evaluasi hasil pengendalian
di lakukan dengan cara
 Pada pokok yang sudah di kendalikan, paling lambat 3 hari setelah
aplikasi, di lakukan pengecekan terhadap kematian koloni rayap.
 Pengecekkan di lakukan oleh asisten proteksi tanaman/Ka, Afd/Mandor
1 afd
 Apabila hasil pengecekkan menujukkan
- Pada pokok yang sudah di aplikasi masih di jumpai koloni rayap
hidup, artinya kualitas pengendalian tidak baik, segera di lakukan
pengendalian ulang.
- Di jumpai pokok terserang rayap yang tidak di kendalikan/tidak di
laporkan, artinya tenaga deteksi tidak teliti, segera di lakukan
penyomprotan.
- Petugas yang melakukan penyemprotan yang tidak baik dan yang
melakukan deteksi tidak teliti di berikan teguran agar tidk terulang
lagi.
- Rotasi deteksi + pengendalian pada setiap blok dapat di percepat
atau di perlambat di sesuaikan dengan kondisi serangan rayap pada
bulan bulan sebelumnya.
5. Pengendalian gulma secara manual
Yaitu pengendalian gulma dengan cara pembongkaran dan pembersihan
tanaman kayu-kayuan, gulma berakar dalam dan tanaman yang akarnya
mampu bertahan lama ditanah. Contoh; dongkel anak kayu (DAK), babat,
garuk piringan dan pasar pikul.
1. Prosedur
 Blok yang akan dikendalikan gulmanya harus diperiksa oleh mandor
sehari sebelumnya untuk menentukan norma kerja sesuai dengan
perapatan dan jenis gulma.
 Gulma yang sukar dicabut, akarnya perlu dipotong sedikit dibawah
permukaan tanah dengan memakai dodos yang tajam. Jangan
mendongkel secara berlebihan karena bisa merusak perakaran kelapa
sawit yang merangsang pertumbuhan gulma lain.
 Gulma dibabat sebagai persiapan penyemprotan gulma secara selektif.
 Dilakukan sebelum dan sesudah musim penghujan.
 Jangan membiarkan parit dipenuhi oleh gulma.
2. Frekuensi
Setiap 6 bulan sekali (2 kali\tahun) jika diperlukan.
6. Pengendalian gulma secara kimiawi
Yaitu pengendalian gulma dengan memakai herbisida yang diaplikasikan
dengan alat semprot.
1. Standar
Pembersihan total terhadap gulma dan areal sasaran.
2. Prosedur
 Kondisi lapangan diperiksa sebelum pemillihan herbisida dan
peralatannya.
 Lakukan kalibrasi alat semprot secara benar dan pencampuran bahan
kimia. Mandor harus mempratekan kepada pekerja semprot mengenai
kecepatan berjalan, tinggi nozzle dan kecepatan pemompaan.
Kecepatan semprot harus tetap. Lihat SOP kalinrasi penyemprotan
gulma.
 Mandor harus menjelaskan kepada setiap pekerja semprot mengenai
gulma yang harus disemprot dan bagaimana cara menyemprotnya.
 Petugas penyemprot harus tahu pasti gulma sasaran dan tidak
menyemprot tanaman bukan sasaran.
 Tergantung pada kerapatan gulma, alat semprot bisa saja dimatikan
pada areal yang tidak perlu disemprot (spot treatment), untuk
menghemat bahan kimia dan menghindari kerusakan tanaman penutup
tanah.
 Jika terjadi kerusakan atau kebocoran alat semprot, petugas
penyemprot segera berhenti dan kembali ke mandor untuk
mendapatkan perbaikan atau penggantian alat semprot.
3. Frekuensi
Setiap 6 bulan sekali (2kali/tahun) jika diperlukan. Waktu penyemprotan 2-
3 minggu setelah pengendalian gulma secara manual.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian hama penyakit dan gulma yang ada di PT. Harlitama Agri Makmur. Kali ini
kita akan mengkaji dan memberikan hasil dari pengamatan secara bersih sesuai dengan
pendekatan yang di lakukan. Temuan pengamatan sekarang di diskusikan dengan hasil
pengamatan terdahulu untuk mengkontribusikan gagasan yang kami temukan sesuai dengan
judul “Peranan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman dan Gulma dalam Meningkatkan
Produksi tanaman Kelapa sawit”. Pembahasan ini berisi pengamatan bersih yang kami
lakukan dilapangan dengan arahan pembimbing.

A. Pengendalian Hama dan Penyakit


1. Pengendalian Tikus Secara Kimiawi
 Cara Pengendalian
- Dilakukan sensus pada pohon yang terserang hama tikus. Intensitas serangan
ringan yaitu <3%, sedang 3-5% dan berat >5%. dilakukan pengendalian jika
intensitas serangan 3-5% (kategori sedang).
- Pengendalian tikus dengan memakai insektisida (klerat/ratgon) yang
diaplikasikan secara manual, di tabur 2 butir per pokok.
- Insektisida di letakkan di pelepah atau di piringan.
- Pada hari ke 7 di lakukan sensus kembali untuk menentukan jumlah insektisida
yang termakan oleh tikus.
- Jika insektisida yang di makan oleh tikus sebanyak 20%, maka di lakukan
ulangan (flow up), dan jika di bawah 20% maka di hentikan aplikasi.

 Dampak
- Pada tanaman TBM, tikus bisa menyerang batang, sehingga menyebabkan
kematian pada pokok kelapa sawit.
- Pada tanaman TM, tikus memakan buah sehingga menyebabkan kelihangan
produksi sebanyak 20% dan penurunan kualitas buah.
- Pada tanaman TM menyebabkan penurunan populasi serangga penyerbuk
Elaeidobius.
 Manfaat Pengendalian Tikus
- Menurunkan tingkat kematian pokok pada tanaman TBM
- Menurunkan losis (kehilangan) produksi kelapa sawit
- Meningkatkan perkembanganbiakan serangga penyerbuk Elaedebius

 Biaya Pengendalian
- Insektisida yang di gunakan adalah merk dagang Ratgon
- Kebutuhan Insektisida / Ha : 0,86 Kg/Ha (Ratgon 334 Butir /Kg)
- Harga Ratgon/Kg Rp. 38.000,-
- Upah Kerja pengendalian hama tikus Rp. 20.000/Ha
- Biaya pengendalian serangan tikus per Ha Rp. 52.539,-

B. Pengendalian Gulma
1. Weeding Gawangan Manual / Babat Gawangan
 Cara Pengendalian
- Pengendalian gulma di lakukan 2 (dua) rotasi dalam setahun untuk menekan
pertumbuhan gulma
- Dilakukan dengan cara membabat (menebas) gulma menggunakan parang
- Pengendalian gulma secara manual dilakukan untuk persiapan penyemprotan

 Dampak
- Gulma akan tumbuh tinggi, sehingga tidak bisa di lakukan penyemprotan
- Gulma akan menyerap unsur hara
- Akan menimbulkan persaingan antara gulma dan pokok kelapa sawit dalam
penyerapan unsur hara tanaman.

 Manfaat Pengendalian
- Mengendalikan gulma yang mengganggu tanaman
- Untuk persiapan dilakukan penyemprotan

 Biaya Pengendalian
- Biaya Weeding Gawangan Manual Rp. 120.000,- / Ha
2. Circle Weeding Manual / Garuk Piringan
 Cara Pengendalian
- Dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul
- Piringan di garuk dengan diameter 2 meter

 Dampak
- Piringan akan menjadi kotor, sehingga menyulitkan untuk pengutipan
brondolan pada piringan
- Piringan tidak bersih sehingga menyebabkan pemupukan tidak bisa di lakukan
- Gulma yang ada di piringan akan menyerap kandungan unsur hara
 Mafaat Pengendalian
- Memudahkan dalam pengutipan brondolan pada piringan
- Persiapan pemupukan kelapa sawit
- Mengurangi perebutan penyerapan unsur hara
 Biaya Pengendalian
- Biaya Circle Weeding Manual Rp. 1.500,- / Pkk

3. Weeding Gawangan Chemis / Semprot Gawangan


 Cara Pengendalian
- Pengendalian Weeding Gawangan Chemis di lakukan 3 (tiga) kali dalam
setahun
- Semprot Gawangan menggunkan Pestisida dengan merk dagang Gramaxone
- Penyemprotan menggunakan Sprayer dengan merk dagang PB-16 (Bisa
menggunakan merk dagang lain)
- Gulma di semprot di gawangan (antar tanaman kelapa sawit)
- Gulma yang di semprot adalah gulma jahat seperti pakis kawat, putri malu,
putihan, sedangkan gulma bermanfaat tidak di anjurkan untuk di semprot
- Luasan yang di semprot untuk semprot gawangan adalah
Rumus :
Luas Lahan – Luas Piringan – Luas Pasar Pikul – Luas TPH

 Dampak
- Kebun akan menjadi semak sehingga menyulitkan untuk melakukan pemanen
dan pemupukan
- Akan menimbulkan tempat hama dan penyakit seperti tempat sarang hama
tikus
- Gulma akan menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah

 Manfaat Pengendalian
- Memudahkan untuk melakukan pemananen dan pemupukan
- Menghilangkan tempat bersarangnya hama dan penyakit
- Mengurangi persaingan dalam penyerapan unsur hara pada tanah

 Biaya Pengendalian
- Pestisida yang di gunakan adalah merk dagang Gramaxone
- Luas Gawangan yang di semprot adalah 0,71 Ha
- Kebutuhan Pestisida / Ha : 0,85 Ltr
Rumus :
Luas Gawangan x Dosis Per Ha
Dosis yang di gunakan di PT. Harlitama Agri Makmur adalah 1,2 Liter / Ha,
dengan konsentrasi 100 cc
- Harga Gramaxone/Ltr Rp. 71.450,-
- Upah Kerja pengendalian hama tikus Rp. 55.000,-/Ha
- Biaya Semprot Gawangan per Ha Rp. 115.599,-

4. Circle Weeding Chemis / Semprot Piringan


 Cara Pengendalian
- Pengendalian Weeding Gawangan Chemis di lakukan 3 (tiga) kali dalam
setahun
- Gulma di semprot di dalam piringan yang berdiameter 2 meter
- Gulma di semprot adalah gulma jahat, sedangkan gulma bermanfaat tidak di
anjurkan untuk melakukan penyemprotan.
- Luasan yang di semprot untuk semprot piringan adalah
Rumus :
SPH x ∏2 x Luas Piringan x Luas Lahan

 Dampak
- Piringan akan menjadi kotor, sehingga menyulitkan untuk pengutipan
brondolan pada piringan
- Piringan tidak bersih sehingga menyebabkan pemupukan tidak bisa di lakukan
- Gulma yang ada di piringan akan menyerap kandungan unsur hara

 Manfaat Pengendalian
- Memudahkan dalam pengutipan brondolan pada piringan
- Persiapan pemupukan kelapa sawit
- Mengurangi perebutan penyerapan unsur hara

 Biaya Pengendalian
- Pestisida yang di gunakan adalah merk dagang Gramaxone
- Luas Gawangan yang di semprot adalah 0,18 Ha
- Kebutuhan Pestisida / Ha : 0,22 Ltr
Rumus :
Luas Piringan x Dosis Per Ha
Dosis yang di gunakan di PT. Harlitama Agri Makmur adalah 1,2 Liter / Ha,
dengan konsentrasi 100 cc
- Harga Gramaxone/Ltr Rp. 71.450,-
- Upah Kerja pengendalian hama tikus Rp. 44.000,-/Ha
- Biaya Semprot Gawangan per Ha Rp. 59.400,-

5. Path Chemis / Semprot Pasar Pikul


 Cara Pengendalian
- Pengendalian Path Chemis di lakukan 3 (tiga) kali dalam setahun
- Gulma di semprot pasar pikul
- Gulma di semprot adalah gulma jahat, sedangkan gulma bermanfaat tidak di
anjurkan untuk melakukan penyemprotan.
- Lebar pasar pikul yang di semprot 1,5 Meter
- Luasan yang di semprot untuk semprot piringan adalah
Rumus :
Panjang Pasar Pikul x Lebar Pasar Pikul x Luas Lahan
 Dampak
- Pasar Pikul semak, akan menyulitkan untuk pengangkutan buah (TBS) dari
pohon ke TPH
- Menimbulkan persaingan dalam perebutan unsur hara dalam tanah

 Manfaat Pengendalian
- Memudahkan pengangkutan buah (TBS) ke TPH
- Mengurangi persaingan penyerapan unsur hara

 Biaya Pengendalian
- Pestisida yang di gunakan adalah merk dagang Gramaxone
- Luas Pasar Pikul yang di semprot adalah 0,11 Ha
- Kebutuhan Pestisida / Ha : 0,14 Ltr
Rumus :
Luas Piringan x Dosis Per Ha
Dosis yang di gunakan di PT. Harlitama Agri Makmur adalah 1,2 Liter / Ha,
dengan konsentrasi 100 cc
- Harga Gramaxone/Ltr Rp. 71.450,-
- Upah Kerja pengendalian hama tikus Rp. 15.000,-/Ha
- Biaya Semprot Gawangan per Ha Rp. 24.646,-

6. THP Chemis / Semprot TPH


 Cara Pengendalian
- Pengendalian TPH Chemis di lakukan 3 (tiga) kali dalam setahun
- Gulma di semprot di TPH
- Gulma di semprot adalah keseluruhan gulma yang ada di dalam TPH
- Luasan yang di semprot untuk semprot piringan adalah
Rumus :
Luas TPH x Jumlah TPH/Ha x Luas Lahan

 Dampak
- Menyulitkan pengutipan brondolan dalam TPH
- Memudahkan pemisahan sampah yang ada di TPH yang akan di angkut ke
PKS
 Manfaat Pengendalian
- Memudahkan pengutipan brondolan yang ada di TPH
- Buah yang akan di kirim ke PKS dalam keadaan bersih tanpa ada sampah

 Biaya Pengendalian
- Pestisida yang di gunakan adalah merk dagang Gramaxone
- Luas TPH yang di semprot adalah 0,001 Ha
- Kebutuhan Pestisida / Ha : 0,001 Ltr
Rumus :
Luas TPH x Dosis Per Ha
Dosis yang di gunakan di PT. Harlitama Agri Makmur adalah 1,2 Liter / Ha,
dengan konsentrasi 100 cc
- Harga Gramaxone/Ltr Rp. 71.450,-
- Upah Kerja pengendalian hama tikus Rp. 5.000,-/Ha
- Biaya Semprot Gawangan per Ha Rp. 5.096,-

7. Spot Lalang / Semprot Lalang


 Cara Pengendalian
- Pengendalian Lalang di lakukan 1 (tiga) kali dalam setahun, dengan di lakukan
pengulangan (flow Up)
- Dilakukan flow up sampai Lalang tuntas
- Gulma di semprot adalah gulma Lalang
- Penyemprotan di lakukan menggunakan sprayer menggunakan bahan pestisida
kontak

 Dampak
- Lalang mempunyai zat alelopati yang menghambat pertumbuhan tanaman
- Menghalangi pertumbuhan gulma bermanfaat
- Tanah Menjadi gersang
- PH tanah menjadi rendah

 Manfaat Pengendalian
- Menghilangkan zat alelopati yang terkandung dalam lalang
- Pertumbuhan tanaman semakin subur
- Menggatikan gulma bermanfaat
 Biaya Pengendalian
- Pestisida yang di gunakan adalah merk dagang Round Up
- Kebutuhan Pestisida / Ha : 0,20 Ltr
Dosis yang di gunakan di PT. Harlitama Agri Makmur adalah 0.20 Liter / Ha,
dengan konsentrasi 100 cc
- Harga Round Up/Ltr Rp. 68.903,-
- Upah Kerja pengendalian hama tikus Rp. 20.000,-/Ha
- Biaya Semprot Gawangan per Ha Rp. 88.903,-
BAB V

KESIMPULAN

 Hama dan penyakit harus di kendalikan, karena akan menyebabkan kerugian jika
dibiarkan bagi tanaman TM maupun TBM.
 Hama dan penyakit yang tidak dikendalikan dan jika dibiarkan terus-menerus dapat
menyebabkan kematina bagi TBM
 Gulma harus dikendalikan agar tidak menghambat proses panen dan pemupukan.
 Gulma yang tidak dikendalikan denagan baik dan membuat persaingan unsur hara bagi
tanaman sawit
 Gulma yang dibiarkan beigtu saja juga bisa menjadi sarang hama dan penyakit yang
berisiko meningkatkan biaya penanganan yang lebih besar lagi
 Dapat kita simpulkan bahwa pengendalian hama, penyakit dan gulma berperan penting
dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman kelapa sawit. Pengendalian hama,
penyakit dan gulma diharapkan dapat meminimkan kerugian yang bisa terjadi dan
mendapatkan laba yang lebih maksimal.
BAB VI

PENUTUP

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena kita masih di beri
kesempatan untuk kita berdiri disini. Saya ingin mengucapkan terimakasih telah mengikuti
kegiatan seminar ini, di harapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita yang ada
disini dan maaf jika ada kesalahan kata karena manusia itu tempatnya salah.

Wassamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy