Laporan Akhir Tptpies Anug Punya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai

ekonomis yang tinggi apabila dikelola dengan baik.Indonesia sendiri merupakan

negara penghasil kelapa, karena sebagai tanaman serbaguna yang telah memberikan

kehidupan kepada petani di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan tingkat penguasaan

tanaman kelapa di Indonesia, yaitu 98% merupakan perkebunan rakyat.

Buah dari tanaman kelapa memiliki sumber protein nabati yang bagus dan

dapat diolah menjadi aneka produk yang bermanfaat bagi manusia dan bisa

dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak goreng. Demi menggiatkan kegiatan

usahatani tanaman kelapa ini harus dibuat pangsa pasar dan kepastian harga yang

jelas agar petani kelapa mau membudidayakan tanaman kelapa. Salah satu cara untuk

menjaga dan melindungi harga dari kelapa yaitu dengan cara membuat kontrak atau

perjanjian antara petani kelapa dengan perusahaan dibidang agroindustri yang

mengolah produk turunan dari kelapa.

Minyak kelapa merupakan produk hilir yang paling berharga dari buah kelapa

dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri atau sebagai minyak goreng.

Minyak kelapa dapat diekstraksi dari daging buah kelapa atau daging kelapa yang

dikeringkan (kopra). Kandungan minyak pada kopra umumnya 60 – 65%, sedangkan

daging buah kelapa sekitar 43%.

1
Kebutuhan minyak kelapa di dalam negri maupun ekspor terus meningkat dari

tahun ke tahun. Pada tahun 1995 kebutuhan untuk rumah tangga sekitar 2.064.000 kg,

meningkat menjadi sekitar 2.771.000 kg pada tahun 2000. Ekspor produk kelapa juga

cenderung meningkat dari tahun ke tahun, hal ini menunjukkan bahwa kelapa

mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi dan sumber devisa

negara.

Kelapa sawit (Elaeis guinensis jack) merupakan salah satu jenis tanaman

perkebunanyang menduduki posisi terpenting di sektor pertanian, hal ini

dikarenakankelapa sawitmampu menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya

jika dibandingkan dengantanaman penghasil minyak atau lemak lainya . Selain itu

kelapa sawit juga memilikibanyak manfaat yaitu sebagai bahan bakar alternatif

Biodisel, bahan pupuk kompos,bahan dasar industri lainnya seperti industri kosmetik,

industri makanan, dan sebagaiobat.Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup

menjanjikan, karena permintaandari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang

cukup besar, tidak hanya di dalamnegeri, tetapi juga di luar negeri. Oleh sebab itu,

sebagai negara tropis yang masihmemiliki lahan yang cukup luas, Indonesia

berpeluang besar untuk mengembangkanperkebunan kelapa sawit.

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu

jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian

umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian

banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang

menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi

2
Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang

akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak

sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi

kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu

diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit.

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat

menjadi andalan di masa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan

manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.

Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,

juga sebagai sumber devisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia

saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada

tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah

meningkat menjadi 6.6 juta.

2.1 Tujuan

Pembuatan laporan ini bertujuan untuk mengetahui tanaman kelapa beserta

teknik pembibitannya dan untuk mengetahui tanaman kelapa sawit beserta teknik

budidaya tanaman kelapa sawit.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa (Cocos Nucifera)

Kelapa (Cocos nucifera) termasuk jenis tanaman palma yang mempunyai

buah berukuran cukup besar. Macam nama atau sebutan kelapa di setiap daerah atau

negara antara lain Coconut (Inggris), Cocotier (Perancis); Kelapa, Nyiur (Indonesia),

Kambil, Kerambil, Klapa (Jawa). Batang pohon kelapa umumnya berdiri tegak dan

tidak bercabang, dan dapat mencapai 10 - 14 meter lebih. Daunnya berpelepah,

panjangnya dapat mencapai 3 - 4 meter lebih dengan siripsirip lidi yang menopang

tiap helaian. Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok yang cukup kuat

sehingga untuk memperoleh buah kelapa harus dikuliti terlebih dahulu. Kelapa yang

sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 - 10 buah kelapa setiap tangkainya

(BPPT, IPTEK 2005).

Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman

kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut. Kingdom :

Plantae (Tumbuh-tumbuhan), Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji), Sub-

Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup), Kelas : Monocotyledonae (Biji berkeping

satu), Ordo : Palmales Familia : Palmae, Genus : Cocos, Spesies : Cocos nucifera L.

Penggolongan varietas kelapa pada umumnya didasarkan pada perbedaan umur

pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah, serta sifat-sifat khusus

yang lain. (Soelistijono, 2013).

4
Mengenai kapan  dan bagaimana bibit kelapa masuk ke Indonesia,  tidak

diketahui secara pasti. Berbagai sumber menyebutkan  bahwa tanaman kelapa mulai

dikenal pada daerah-daerah pesisir pantai  Jawa, Sumatra, dan pulau-pulau di

Nusantara bagian timur. Namun yang jelas bahwa tanaman kelapa  sejak akhir abad

19  telah menjadi tanaman ekspor yang penting di  sepanjang  Sumatra bagian barat,

Kalimantan Barat,  Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,dan Maluku.

Tanaman kelapa mempunyai daya adaptasi cukup tinggi. Namun, untuk dapat

tumbuh baik dan berproduksi tinggi diperlukan lokasi dengan ketinggian 600 – 900

meter dari permukaan laut, curah hujan 1300 – 2300 mm yang merata sepanjang

tahun, suhu 200 – 320 C, mendapat sinar matahari lebih dari 120 jam per bulan dan

tanahnya mempunyai pH 5,2 – 8,0. Jenis-jenis tanah yang cocok antara lain tanah

berpasir, laterit, aluvial, vulkanis dan tanah korralin (Child, 1974).

2.2 Pembibitan Kelapa

Pembibitan merupakan proses proses mempersiapkan individu baru dari suatu

spesies makhluk hidup tertentu baik secara alami maupun buatan. Pada pembibitan

kelapa, dapat dilakukan pada persemaian. Persemaian adalah suatu tempat yang

digunakan untuk menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan dan

perawatan selama jangka waktu tertentu, sehingga akan dihasilkan bibit yang

berkualitas baik, yang memenuhi persyaratan umur, ukuran dan pertumbuhan yang

cukup baik dan siap untuk ditanam di lapangan. Lahan yang baik untuk digunakan

sebagai persemaian adalah lahan yang relatif datar, tidak tergenang air atau memiliki

5
drainase yang baik, dekat dengan sumber air, dan tidak jauh dari akses jalan angkutan

bibit. Lokasi persemaian hendaknya tidak jauh dari permukiman untuk memudahkan 

mengontrol, merawat, mendapatkan tenaga kerja dan menghindari adanya kerusakan

dari gangguan ternak, binatang liar dan kerusakan alam seperti kekeringan

(Sukandi et al. 2002).

Produksi bibit secara vegetatif adalah produksi bibit yang tidak menggunakan

biji, melainkan menggunakan bagian dari tanaman tersebut.  Keuntungan penggunaan

teknik pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai

sifat genetik yang sama dengan induknya, produksi bibit tidak tergantung pada

ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara berkelanjutan dengan mudah

sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang

dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan

melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari

biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman

yang berasal dari biji Pembibitan secara vegetatif sangat berguna untuk program

pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon (konservasi genetik), kebun

benih klon, perbanyakan tanaman yang penting hasil persilangan terkendali, misalnya

hybrid atau steryl hybrid yang tidak dapat bereproduksi secara seksual, perbanyakan

masal tanaman terseleksi (Adinugraha, 2007).

Produksi bibit secara generatif adalah perbanyakan individu baru

menggunakan biji. Keunggulan tanaman yang dibiakkan secara generatif salah

satunya adalah memiliki system perakaran yang kuat. Selain itu tanaman hasil

6
pembiakan generatif akan mempunyai sifat yang berbeda dengan kedua induknya

karena merupakan perpaduan dari kedua induknya sehingga menimbulkan variasi-

variasi baru baik secara fenotipe maupun genotype. Perbanyakan dengan biji

dilakukan terutama pada tanaman tertentu yang bila diperbanyak dengan cara

vegetatif menjadi tidak efisien. Pemilihan buah kelapa sebagai bibit dilakukan dengan

mengambil biji idealnya dari buah yang besar dan sehat serta sudah matang penuh di

pohon induk yang terpilih dan memenuhi persyaratan (Nurwardani, 2008).

2.3 Perawatan

Pemeliharaan saat pendederan, meliputi:

1. Penyiraman, dilakukan dengan menggunakan gembor atau springkel pada dua

hari I 5liter/m2/hari, tiap pagi dan sore, dan Selanjutnya 6 liter/m2/hari. Untuk

mengetahui cukuptidaknya penyiraman, maka setelah 2 jam pada bagian

sayatan ditekan dengan ibu jari, apabilakeluar air maka penyiraman telah

cukup.

2. Pembersihan rumput-rumputan untuk mencegah adanya inang hama dan dan

penyakit.

Pemeliharaan pada saat pembibitan, yaitu:

1. Penyiraman, dilakukan sampai jenuh, selanjutnya dapat disiram dengan

gembor, selang atauspingkel pada pagi dan sore hari. Kebutuhan penyiraman

per polybag per hari, tergantung padaumur bibit.

7
2. Proteksi, dengan pemberian insektisida atau fungisida dengan dosis rata-rata 2

cc/liter dandisemprotkan pada tanaman sampai basah dan merata.

3. Penyiangan gulma, dilakukan setiap satu bulan sekali, dengan mekanis

maupun herbisida.

4. Pemupukan, yaitu Nitrogen, Phosphat, Kalium dan Magnesium yang

dilakukan setiap bulansekali dengan mencampurakannya kedalam tanah

polybag setebal 3 cm.

5. Seleksi bibit, meliputi: memisahkan tanaman yang kerdil, terkena penyakit

dan hama dandilakukan terus menerus dengan interval 1 bulan setelah bibit

berumur 1 bulan Syarat-syarat bibityang baik:

2.4 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), taksonomi kelapa sawit

yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:

Kingdom         : Plantae

Divisio             : Spermatophyta

Subdivisio       : Angiospermae

Kelas               : Monocotyledoneae

Ordo                : Palmales

Famili              : Palmaceae

8
Genus              : Elaeis

Spesies            : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari

Mamitius dan Amsterdam kemudian ditanam di kebun Raya Bogor.

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersial. Perintis

usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia).

Bididaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya

perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit

pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan

mencapai 5.123 Ha.

Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena

tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan

kuartener. Akar primer tunbuh kebawah didalam tanah sampai batas permukaan air

tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan

permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau ke

tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu tumbuh pula akar nafas

yang timbul di atas permukaan air tanah atau didalam tanah. Penyebaran akar

terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, dkk, 2003).

Besarnya batang berdiameter 20-75 cm, dan di perkebunan umumnya 45-60

cm, bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua. Biasanya batang

9
adalah tunggal (tidak bercabang) kecuali yang abnormal. Tinggi batang bisa

mencapai 20 m lebih, umumnya diperkebunan 15-18 m (Sianturi, 1991).

Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat

mencapai 3-5 meter. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulu-

bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai anak

daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan

panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah daun

adalah 100-160 pasang (Setyamidjaja, 1991).

Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga

jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa

sawit  yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga

betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak terlebih dahulu

daripada bunga betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan

bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat

menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu,putik akan berwarna hitam dan

mengering (Sastrosayono, 2008).

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah

tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari

tiap pelapah. Biji kelapa sawit mempunyai bagian: a). Endokarpium (kulit biji=

tempurung), berwarna hitam dan keras, b). Endosperm (kernel=daging biji) berwarna

10
putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah melalui

ekstraksi, c). Lembaga atau embrio (Tim Penulis PS, 1997).

2.5 LSU

Pengambilan contoh daun (leaf sampling unit – LSU) sangat penting

peranannya dalam perkebunan kelapa sawit. Ketepatan pengambilan sampel daun

akan memberi dampak positif terhadap produksi kelapa sawit. Penentuan pokok

sampel yang tepat dan pemberian tanda yang jelas akan memudahkan pengambilan

contoh daun. Pemahaman yang memadai tentang penentuan daun yang akan dijadikan

sampel sangat penting. Pembekalan pengatahuan yang memadai terdadap pelaksana

di lapangan akan memudahkan pekerjaan di lapangan. 

Ketentuan-ketentuan penentuan pelepah ke-17 harus dipahami sebagai suatu

pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan ketepatan, sehingga kesalahan penentuan

daun ke-17 akan sangat mempengaruhi rekomandasi pemupukan. Untuk mengurangi

kesalahan dalam pengambilan daun ke-17 dapat dilaksanakan setidaknya oleh dua

orang, dengan ketentuan orang pertama menentukan daun pertama (langsung diberi

tanda cat putih) dan menentukan daun ke-17 (diberi tanda cat biru), dan orang kedua

memotong pelepah. Jika terjadi kebingungan dapat dirundingkan oleh pelaksana

dilapangan, sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efisien.

Pengambilan contoh daun pada lahan teras sangat dipengaruhi oleh keadaan

lapangan (topografi), untuk memudahkan pekerjaan dapat dilakukan dengan

pembuatan akses jalan untuk setiap baris sampel yang telah ditentukan terlebih

11
dahulu. Pembuatan akses jalan dapat dilakukan berupa tangga sehingga pelaksana

pengambilan contoh daun tidak mengalami kesulitan untuk manaiki dan menuruni

setiap pohon yang akan diambil daunnya. Pembuatan akses jalan ini sangat penting

peranannya karena akan mempengaruhi prestasi kerja pelaksana pengambilan sampel.

Pemahaman yang memadai tentang pentingnya peranan contoh daun dalam

perkebunan kelapa sawit akan mendorong pelaksana dilapangan melakukannya

dengan teliti dan sesuai ketentuan (kaidah), sehingga kekeliruan dapat diminimalisasi

untuk meningkatkan efisiensi dan ketepatan rekomendasi pemupukan.

Pemahaman berikutnya yang sangat penting demi tercapainya tujuan

pengambilan sampel daun adalah penanganan sampel daun setelah diambil dari

pokok. Penanganan meliputi pemotongan daun tengah dan pembuangan lidi, untuk

selanjutnya memasukkan sampel daun ke dalam oven.

2.6 Jenis-Jenis Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan tebal tipisnya

cangkang dan daging buah tanaman kelapa sawit, yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Dura

Jenis dura memiliki ciri-ciri yaitu: tebal cangkangnya sekitar 2-8 mm,

kemudian tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang. Pada daging

buah relatif tipis, daging biji besar dengan kandungan minyak rendah, banyak

digunakan sebagai induk betina dalam program pemuliaan.

12
2. Pisifera

jenis pisifera memiliki ciri-ciri yaitu: tebal cangkangnya sangat tipis (bahkan

hampir tidak ada), kemudian daging buah lebih tebal dari pada daging buah jenis

dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan

jenis lain, dengan persilangan diperoleh jenis Tenera. Pisifera tidak dapat

digunakan sebagai bahan untuk tanaman komersial, tetapi digunakan sebagai induk

jantan.

3. Tenera

Jenis tenera ciri-ciri antara lain: tebal cangkangnya tipis 0.5-4 mm, terdapat

lingkaran serabut disekeliling tempurung, daging buah ini sangat tebal,

tandan buah lebih banyak (tetapi ukurannya lebih kecil), merupakan hasil persilangan

Dura dengan Pisifera. Jenis tenera merupakan yang paling banyak ditanam

dalam perkebunan dengan skala besar di sekitar. Umumnya jenis ini menghasilkan

lebih banyak tandan buah. (Raisawati, 2010)

2.7 Weeding dan Wipping

Pengendalian gulma pada tanaman kelapa meliputi beberapa kegiatan yang

dimaksudkan untuk menangani pertumbuhan gulma pada areal perkebunan. Meliputi

kegiatan wiping dan weeding.Wiping adalah mengusap daun dengan larutan

herbisida. Wiping merupakan pengendalian gulma yang dilakukan pada gulma alang-

alang.

13
Weeding adalah pengendalian gulma dalam area kebun kelapa sawit baik

dalam gawangan maupun piringan dengan cara penyiangan. Penyiangan dalam

gawangan meliputi gulma yang berada diantara tanaman penutup tanah (LCC)

sehingga dilakukan secara mekanik. Pelaksanaannya memiliki rotasi 16 kali dalam

setahun pada TBM I. Sedangkan pada TBM II dan TBM III rotasi wiping 12 kali

dalam setahun. Penyiangan pada piringan memiliki rotasi 12 kali pada TBM I dan 10

kali pada TBM II dan TBM III. Piringan adalah daerah disekitar pokok tanaman sawit

yang berbentuk lingkaran berdiameter 2-3 m, diameter piringan tergantung pada umur

TBM, TBM I : 2 m, TBM II : 2,5 m, TBM III : 3 m. Penyiangan atau pemberantasan

tumbuhan liar pada area piringan dilakukan secara manual dan kimia.

2.8 Pruning

Pruning atau pemangkasan pada tanaman kelapa sawit adalah proses

pembuangan pelepah- pelepah yang sudah tidak produktif / pelepah kering pada

tanaman kelapa sawit. Pruning / pemangkasan merupakan termasuk dalam kegiatan

persiapan panen dengan tujuan agar tidak mengganggu proses pemanenan

pula.  Pemangkasan daun pada tanaman kelapa sawit harus dilakukan, karena tidak

mudah rontok, meskipun sudah tua atau kering, terkadang baru rontok setelah

beberapa tahun kemudian (Vidanarko,2011).

Pruning dikerjakan oleh manusia dengan menggunakan alat-alat tertentu yang

berfungsi sebagai pemotong. Pemangkasan juga bisa terjadi secara alami yang

melibatkan angin, salju, atau kabut dari air laut. Dengan memangkas suatu tanaman,

14
kita bisa mengendalikan arah pertumbuhannya secara penuh. Beberapa pemangkasan

pun kerap dilakukan untuk mempertahankan kondisi kesehatan tanaman serta

meningkatkan produktivitasnya (Kiswanto, dkk, 2008).

2.9 Panen

Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang

panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta

menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Tujuan panen adalah untuk

memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara

konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit maksimal dengan dicapai.

Oleh karena itu, bila terjadi ada buah matang yang tidak terpanen, mutu buah yang

tidak sesuai dengan criteria matang panen dengan buah yang dipanen tidak dapat

segera dikirim ke pabrik, agar segera dicari solusinya. Kriteria buah yang sudah siap

dipanen adalah Buah di kategorikan mentah, jika tidak ada brondolan yang lepas dari

tandan buah (janjang) atau 0 brondolan. Batas toleransi adalah 0% dan Buah Matang,

Buah dikategorikan matang, jika brondolan yang lepas jumlahnya 3 brondol/kg berat

janjang hingga maksimum 95% brondolan telah lepas dari janjangnya dengan batas

toleransi adalah 90% (Aulia, 2008).

Pemanenan dilakukan untuk umur <7 tahun  menggunakan alat dodos dengan

lebar 10-12,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu dan untuk kelapa sawit

umur >7 tahun menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau

batang bambu. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang

15
menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.

Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal

2 cm. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain.

Selanjutnya tandan dan brondolan dikumpulkan di TPH.

2.10 Pembuatan Lubang Tanam Kelapa dan Penanaman Kelapa

Sistem tanam yang baik yaitu sistem tanam segi tiga karena pemanfatan lahan

dan pengambilan sinar matahari akan maksimal. Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter, dengan

pola ini jumlah tanaman akan lebih banyak 15% dari sistem bujur sangkar.

Pembuatan lubang tanam dilakukan paling lambat 1-2 bulan sebelum penanaman

untuk menghilangkan keasaman tanah, dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm sampai

dengan 100 x 100 x 100 cm. Pembuatan lubang pada lahan miring (>20 o) dilakukan

dengan pembuatan teras individu selebar 1.25 m ke arah lereng diatasnya dan 1 m ke

arah lereng di bawahnya. Teras dibuat miring 10 derajat ke arah dalam.

Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun secara

teratur dan cukup untuk membasahi tanah; waktu penanaman adalah pada bulan

setelah curah hujan pada bulan sebelumnya mencapai 200 mm. Adapun cara

penanaman adalah sebagai berikut:

1. Top soil dicampur dengan pupuk phospat 300 gram per lubang dan

dimasukkan ke lubang tanam.

2. Polybag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke lubang

tanam, dan dibuat irisan sampai ke ujung, bekas polybag selanjutnya

16
digantungkan pada ajir untuk meyakinkan bahwa polybag sudah dikeluarkan

dari lubang tanam. Arah penanaman harus sama.

3. Bibit ditimbuan tanah yang berada di sebelah selatan dan utara lubang,

dipadatkan dengan ketebalajn 3-5 cm diatas sabut bibit kelapa.

4. Kebutuhan bibit 1 ha, apabila jarak tanam 9 x 9x 9 m , segitiga sama sisi,

adalah 143 batang dan bibit cadangan yang harus disediakan untuk sulaman

17 batang, sehingga jumlah bibit yang harus disediakan 160 batang.

(Hartoyo, 2010).

17
III. METODOLOGI

3.1 Tempat Dan Waktu

3.1.1 Asistensi

Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di kelas C1 Fakultas Pertanian

Universitas Riau, waktu dilaksanakannya pada hari Selasa, tanggal 02 Oktober 2019

jam 11:40 Wib sampai dengan selesai.

3.1.2 Pembukaan lahan

Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di UPT kebun Fakultas

Pertanian Universitas Riau, waktu dilaksanakannya pada hari Rabu, tanggal 11

Oktober 2019 jam 08.00 Wib sampai dengan selesai.

3.1.3 Pembibitan kelapa

Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di UPT kebun Fakultas

Pertanian Universitas Riau, waktu dilaksanakannya pada hari Rabu, tanggal 18

Oktober 2019 jam 08:00 Wib sampai dengan selesai.

3.1.4 Pengenalan morfologi tanaman kelapa sawit

Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di UPT kebun Fakultas

Pertanian Universitas Riau, waktu dilaksanakannya pada hari Rabu, tanggal 25

Oktober 2019 jam 08:00 Wib sampai dengan selesai.

18
3.1.5 LSU (leaf sampling unit)

Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di UPT kebun Fakultas

Pertanian Universitas Riau, waktu dilaksanakannya pada hari Rabu, tanggal 01

November 2019 jam 08:00 Wib sampai dengan selesai.

3.1.6 Perawatan pembibitan kelapa

Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di UPT kebun Fakultas

Pertanian Universitas Riau, waktu dilaksanakannya pada hari Rabu, tanggal 08

November 2019 jam 08:00 Wib sampai dengan selesai.

3.1.7 Wipping dan weeding

Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di Rimbo Panjang Fakultas

Pertanian Universitas Riau, waktu dilaksanakannya pada hari Minggu, tanggal 24

November 2019 jam 08:00 Wib sampai dengan selesai.

3.1.8 Pruning dan panen

Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di Rimbo Panjang Fakultas

Pertanian Universitas Riau, waktu dilaksanakannya pada hari Minggu, tanggal 24

November 2019 jam 08:00 Wib sampai dengan selesai.

19
3.1.9 Pengamatan pembibitan kelapa

Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di Rimbo Panjang Fakultas

Pertanian Universitas Riau, waktu dilaksanakannya pada hari Sabtu, tanggal 26

November 2019 jam 16:00 Wib sampai dengan selesai.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Asistensi

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pena, buku. Bahan yang

digunakan pada praktikum ini adalah tinta pena.

3.2.2 Pembukaan lahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah parang, cangkul, kayu

penyangga, pancang, sepatu boot, sarung tangan, paranet. Bahan yang digunakan

adalah lahan UPT kebun fakultas pertanian Universitas Riau.

3.2.3 Pembibitan kelapa

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah parang, cangkul, ember, tali,

sepatu boot, sarung tangan, alat tulis, pisau. Bahan yang digunakan pada praktikum

ini adalah kelapa dalam, air, tanah.

20
3.2.4 Pengenalan morfologi tanaman kelapa sawit

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pensil, buku gambar, pensil

pewarna, kamera hp, pena, sepatu boot, sarung tangan. Bahan yang digunakan adalah

pada praktikum ini adalah tinta pena.

3.2.5 LSU (leaf sampling unit)

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah parang, pohon kelapa sawit,

gunting, plastik, sarung tangan, sepatu boot, karet. Bahan yang digunakan pada

praktikum ini adalah daun tanaman kelapa sawit pada daun ke 17 pada tanaman

menghasilkan dan daun yang ke 9 pada tanaman yang belum menghasilkan.

3.2.6 Perawatan pembibitan kelapa

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, parang, sepatu boot,

sarung tangan. Bahan yang digunakan adalah bibit kelapa, tanah.

3.2.7 Wipping dan weeding

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah parang,cangkul, pancang,

Bahan yang digunakan pada praktikum adalah tanaman kelapa sawit.

3.2.8 Pruning dan panen

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah parang, cangkul, sarung

tangan, sepatu boot, dan dodos. Bahan yang digunakan adalah tanaman kelapa sawit.

3.2.9 Pengamatan pembibitan kelapa

21
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah parang, cangkul, sepatu boot,

sarung tangan, kamera.Bahan yang digunakan adalah bibit kelapa dalam yang

diamati.

3.3 Cara Kerja

Adapun kegiatan yang dilakukan beserta Cara kerja kerjanya adalah sebgai berikut :

3.3.1 Asistensi

Kegiatan asistensi ini, asisten menyampaikan kontrak praktikum yang harus

disepakati antara praktikan dan asisten praktikum. Kontrak praktikum yang

disampaikan oleh asisten meliputi aturan-aturan selama praktikum, komponen

penilaian, format laporan mingguan dan lain-lain.

3.3.2 PembukaanLahan

Praktikan membersihkan lahan dari gulma menggunakan cangkul dan parang.

Kemudian lahan tersebut diukur sesuai kebutuhan untuk pembibitan Kelapa, yaitu 3

m x 9 m dengan kedalaman drainase 40 cm dan lebar drainase 50 cm. Pasang

pancang pada setiap sudut lahan lalu diberi batasan menggunakan tali rafia. Setelah

itu, dibuat bedengan dengan ukuran 1 m x 9 m menggunakan cangkul.

3.3.3 Pembibitan Kelapa

Praktikan memilih kelapa yang pantas dijadikan bibit. Pertama kelapa

diletakkan pada ember berisi air sampai mengapung. Bagian buah yang berada di atas

permukaan air adalah bagian atas, begitu pula sebaliknya. Tandai bagian atas kulit

22
buah yang akan disayat. Kemudian, kulit buah disayat dengan ukuran lebar 5 cm dan

kedalaman 2 cm. Penyayatan ini harus dilakukan pada tonjolan sabut sebelah tangkai

yang berhadapan dengan sisi terlebar bibit. Setelah itu, bibit kelapa ditanam pada

bedengan sedalam 2/3 bagian buah dengan sayatan menghadap ke atas dan mikrofil

buah menghadap ke timur. Susun secara teratur dengan jarak antar buah dalam

barisan 5-10 cm dan antar barisan 50 cm.

3.3.4 Menggambar Tanaman Kelapa Sawit

Gambarlah tanaman kelapa sawit dari akar hingga pucuk daun pada kertas

gambar ukuran A3 menggunakan pensil atau pewarna. Selain itu, gambar pula bunga

jantan dan bunga betina kelapa sawit, pelepah daun kelapa sawit, dan tiga jenis

penampang buah kelapa sawit, yaitu Tenera, Dura, dan Pisifera.

3.3.5 Leaf Sampling Unit

Pilihlah pokok tanaman kelapa sawit minimal 5 baris dari pinggir lahan atau

parit. Kemudian pilih daun pelepah kelapa sawit nomor 1, 3, 9 atau 17. Potong

pelepah tersebut. Setelah itu, pilihlah daun pada pelepah bagian tengah yang satu

garis lurus (antar daun lurus berdampingan pada pelepah). Ambil daun tersebut, lalu

potong kedua bagian ujungnya. Bagian daun yang tersisa di potong lagi menjadi tiga

bagian sama persis, lalu masukkan ke kantung plastik sampel. Ulangi hal ini sampai

tiga kali.

23
3.3.6 Perawatan Bibit Tanaman Kelapa

Lahan pembibitan kelapa dibersihkan menggunakan cangkul atau parang atau

secara manual, yaitu dengan tangan dari tanaman-tanaman pengganggu. Pastikan

lahan pembibitan bersih dari gulma agar tidak mengganggu proses pertumbuhan dan

perkembangan bibit.

3.3.7 Perawatan Tanaman Kelapa Sawit

Perawatan kelapa sawit dilakukan dengan membersihkan gawangan, piringan,

dan tanaman kelapa sawit dari gulma. Gawangan dibersihkan dengan mesin babat,

piringan dibersihkan menggunakan cangkul atau parang, sementara gulma pada

batang kelapa sawit diambil kemudian dibuang ke gawangan mati.

3.3.8 Pemangkasan Pelepah Kelapa Sawit

Gunakan dodos untuk memangkas pelepah kelapa sawit sampai ke jumlah

pelepah yang dianjurkan, yaitu 40-48 pelepah atau 48-56 pelepah tergantung umur

tanaman. Arahkan dodos pada pelepah kemudian potong hingga terputus. Pastikan

pelepah dipotong hingga ke pangkal pelepah dan bekas pemotongan pelepah

membentuk segitiga sama sisi atau mulut katak.

3.3.9 Pengamatan Pembibitan Kelapa

Bibit kelapa yang telah ditanam sebelumnya, diamati setelah 2-3 bulan sejak

penanaman. Catat berapa jumlah bibit yang berhasil tumbuh serta potret bibit tersebut

untuk bukti dokumentasi.

24
IV. PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, HA, Sugeng P, Toni H. 2007. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis

Tanaman Acacia mangium. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan

Tanaman Hutan.Vol. 5 No. 2, September 2007.

Nurwardani, P. 2008. Teknik pembibitan Tanaman dan Produksi Benih. Direktorat

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sukandi T, Sumarhani, Murniati. 2002. Informasi Teknis Pola Wanantani. Pusat

Litbang Hutan dan Konservasi Alam Badan Litbang Kehutanan.  Bogor.

Suhardiono, L., 1993, Tanaman Kelapa, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Setyamidjaja, Djoehana, 1986, Bertanam Kelapa Hibrida, Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

Anonymous, 1987, Kelapa, CV. Yasaguna, Jakarta.3. Warisno, 1998, Budi Daya

Kelapa Kopyor, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Raisawati,T. 2010. Monitoring Keragaan Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama.

Akta Agrosia 13 (1) : 29-34

Hartoyo, Dwi. 2010. Budidaya Kelapa. http://htysite.co.tv/budidaya

kelapa.html [diakses tanggal 28 April 2011]

25

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy