Proposal Manajemen Agribisnis Tanaman Industri
Proposal Manajemen Agribisnis Tanaman Industri
Proposal Manajemen Agribisnis Tanaman Industri
Diajukan oleh : Yuli Fitriana Agus Suprianto Jefi M.Qaris Martin Kusumah Agus Arianto (20100210008) (20100210011) (20100210014) (20100210026) (20110210030)
I. I.
PENDAHULUAN
Pengertian Kakao merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon yang dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, namun baru menjadi komoditi yang penting sejak tahun 1951. Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun 1975, setelah PTP VI berhasil menaikkan produksi kakao per hektar melalui penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid, yang merupakan hasil persilangan antar klon dan sabah. Tanaman tropis tahunan ini berasaldari Amerika Selatan. Penduduk Maya dan Aztec di Amerika Selatan dipercaya sebagai perintis pengguna kakao dalam makanan dan minuman. Sampai pertengahan abad keXVI, selain bangsa di Amerika Selatan, hanya bangsa Spanyol yang mengenal tanaman kakao. Dari Amerika Selatan tanaman ini menyebar ke Amerika Utara, Afrika danAsia.
Tanaman ini mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1560 oleh orang Spanyol melalui Sulawesi (Hall. 1949) dan kakao mulai dibudidayakan secara luas sejak tahun 1970. Pengembangan kakao di Indonesia tersebar di beberapa wilayah, dan yang termasuk propinsi sentra produksi kakao adalah Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Lampung dan Propinsi Bali. Indonesia sebagai produsen kakao terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Ghana, dengan kondisi politik ekonomi yang cukup stabil, menjadikannya berpeluang besar sebagai pemasok kebutuhan bahan baku baik untuk pasar domestik maupun global. Dengan kebangkitan dan berkembangnya kapasitas pengolahan industri kakao nasional dan masuknya beberapa investor asing ke Indonesia di sektor kakao, maka keberlanjutan kakao Indonesia baik dari sudut produktivitas dan mutu, tidak bisa ditawar lagi, sehingga diperlukan kiatkiat/terobosan untuk mengupayakan keberlanjutan kakao Indonesia. Dalam kurun waktu tiga tahun belakangan ini, grinding kakao Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu dari 130.000 ton di tahun 2009/2010 menjadi 265.000 ton di tahun 2011/2012. II. Tujuan 1. Merancang dan merusmuskan perencanaan usaha budidaya atau olahan ketela pohon secara konstruktif, efisien dan efektif, ekonomis, dan reasonable. 2. Sabagai sarana bagi mahasiswa Agroteknologi melatih manajemen agribisnis pertanian dalam contoh proposal usaha. kemampuan
3. Sebagai bahan refrensi dan evaluasi dalam pengembangan usaha baik bersifat personal maupun follower dalam suatu pedoman yang sudah ada. 4. Sebagai proses manajemen bagi mahasiswa dari hulu hingga kehilir dalam rangka mengembangkan agribisnis pertanian.
II. I.
PROFIL USAHA
Profil perusahaan Berikut ini adalah profil perusahaan yang direncanakan: a. Nama Perusahaan b. Bidang Usaha c. Komoditas utama d. Alamat Perusahaan e. Luas lahan f. Nomor Telepon g. Alamat Email h. Bank Perusahaan i. Bentuk Badan j. Mulai Berdiri : : Usaha Dagang + Produksi : Buah Kakao + Olahan buah Kakao : Brajan Tamantirto Bantul Yogyakarta : 1 Ha : : : PT. Bank Jogja (Persero) Tbk. : :
II.
Biodata pemilik a) Nama Jabatan Alamat Rumah Nomor Telepon/HP Alamat Email Pendidikan Terakhir b) Nama Jabatan Alamat Rumah Nomor Telepon/HP Alamat Email Pendidikan Terakhir c) Nama Jabatan Alamat Rumah Nomor Telepon/HP Alamat Email
Pendidikan Terakhir d) Nama Jabatan Alamat Rumah Nomor Telepon/HP Alamat Email Pendidikan Terakhir
: S1 Sarjana Pertanian : Agus Arianto : : Jln.Rejowinangun,RT 27,Gang III,Rejowinangun,Kotagede : 081931731036 : a.ariyanto43@yahoo.co.id : S1 Pertanian
III. I.
ASPEK PEMASARAN
Produk yang dihasilkan Produk utama yang dihasilkan oleh - ini adalah buah kakao panen dan memiliki nilai ekonomis yang dijual dengan pabrik pengolahan industri kakao,kulakan atau ke distributor yang memasok kakao ke pasar lokal maupun pasar regional. Disamping produksi dalam bentuk buah kakao basah atau kering sebagai produk utama, produksi tambahan yang dihasilkan adalah berupa hasil olahan dari biji kakao seperti cocoa powder, cocoa butter, cocoa liquor, cocoa cake. Nata de cassava adalah produk nata berbahan baku singkong atau ubi kayu. Nata merupakan bahan pangan yang banyak digunakan sebagai campuran produk minuman kemasan siap saji yang banyak dijumpai di warung, toko, hingga supermarket. Di Indonesia, produk minuman kemasan berbahan baku nata banyak digemari dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Umumnya masyarakat lebih mengenal Nata de coco yaitu nata berbahan baku air kelapa atau sering disebut dengan sari kelapa. Nata de cassava memiliki karateristik tidak jauh berbeda dengan Nata de coco yaitu warnanya putih, kenyal, dan kandungan seratnya tinggi. Nata de cassava memiliki potensi yang besar menjadi pesaing produk Nata de coco, karena memiliki kualitas produk yang tidak kalah dengan Nata de coco. Saat ini, produk minuman kemasan Nata de cassava sudah mulai populer.
II.
Keungggulan produk Keunggulan kompetitif produk kami adalah harganya yang terjangkau yaitu untuk ketelany saja dijual 2000/ kg ( pembelian skala kecil), untuk pembelian skala besar hanya 1500/kg. Untuk nata de cassava harganya berkisar hanya 3.000 rupiah per kg nya. Selain itu, Nata de cassava ini terjamin mutunya karena telah disetujui oleh Badan Pengawasan Makanan. Keunggulan yang lain dari produk kami adalah: 1. Kebersihan tempat pengolahannya terjamin 2. Menggunakan bahan baku singkong yang terpilih 3. Dibuat secara tradisional 4. Melayani pembelian skala besar dan kecil 5. Melyani orderan dan delivery
IV. I.
ASPEK PRODUKSI
Bahan Baku Produksi Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan coklat adalah biji kakao dari hasil panen budidaya. Varietas kakao yang dibudayakan adalah klon Coriello yang memiliki kualitas tinggi dalam aspek produksi dan proteksi
II.
Bahan lainnya Air kelapa, starnat, asam cuka, starter, formula 1 dan formula 2. Proses produksi
III.
1. Proses pembuatan starter/bibit a. Siapkan air kelapa (biarkan air kelapa selama 3 hari) b. Rebus air kelapa hingga mendidih ,selama perebusan tambahkan Startnat 10 grm /L dan Asam Cuka 1cc/liter c. Rebusan dituangkan ke botol yang suah steril hingga botol(400-500cc) d. Tutup mulut botol dengan koran dan ikat dengan karet gelang,biarkan botol selama 1 hari e. Tambahkan starter bibit induk ke dalam botol kurang lebih 50 cc hingga hampir penuh dan tutup kembali(1 botol bibit induk bisa untuk 10-20 botol calon bibit baru) f. Apabila suhu lingkungan dingin maka botol diselimuti dengan kain agar hangat
g. Biarkan bibit hingga 6-7 hari dan siap dipakai untuk membuat nata de casava .
2. Pembuatan Coklat Konsumsi Proses pengolahan biji kakao menjadi coklat yaitu: 1. Biji kakao dibersihkan untuk membuang bahan yang asing yang menempel. 2. Biji kakao dipanggang untuk memunculkan rasa coklat dan warna biji (roasted). Dan suhu didalamnya harus diatur. 3. Sebuah mesin penampi digunakan untuk memisahkan kulit biji dan biji kakao agar terpisah. 4. Biji kakao kemudian akan mengalami proses alkalisasi, yang bertujuan untuk memunculkan rasa dan warna.
5. Selanjutnya biji kakao digiling untuk membuat cocoa liquor. Suhu dan tingkat penggilingan beragam sesuai dengan mesin dan hasilnya. 6. Setelah biji kakao menjadi cocoa liquor, biasanya memasukkan seperti kacang untuk menambah variasi rasa. 7. Selanjunya adalah mengekstrak the cocoa liquor dengan cara dipress/ditekan untuk mendapatkan lemak coklat (cocoa butter) dan kakao dengan massa padat yang disebut cocoa presscake. Komposisinya disesuaikan selera yang mereka inginkan. 8. Pengolahan sekarang menjadi dua macam. yaitu Lemak coklat akan digunakan dalam pembuatan coklat. Sedangkan cocoa presscake akan dihaluskan menjadi coklat dalam bentuk bubuk. 9. Lemak coklat (cocoa butter) selanjutnya akan digunakan untuk memproduksi coklat melalui penambahan cocoa liquor. Bahan-bahan lain seperti gula, susu, pengemulsi agen dan cocoa butter ditambahkan dan dicampur. Proporsi bahan akan berbeda tergantung pada jenis cokelat yang dibuat. 10. Campuran kemudian mengalami proses pemurnian sampai pasta yang halus terbentuk (refining). Refining bertujuan meningkatkan tekstur dari coklat. 11. setelah itu conching, untuk mengembangkan lebih lanjut rasa dan tekstur coklat. 12. Campuran ini kemudian melalui proses pemanasan, pendinginan dan proses pemanasan kembali. 13. Campuran setelah itu dimasukkan ke dalam cetakan untuk didinginkan. 14. Cokelat selanjutnya dikemas sesuai pesanan pelanggan.
V. I.
ASPEK BUDIDAYA
Bibit Bibit ubi kayu yang baik, berasal dari tanaman induk yang mempunyai persyaratan : 1. Kondisi sehat, 2. Tidak terganggu hama dan penyakit, 3. Pertumbuhan normal dan kokoh, 4. Produksinya tinggi, 5. Umur antara 12-18 tahun.
II.
Pengolahan tanah Tidak adanya pengolahan tanah pada lahan yang akan ditanami, jenis tanah adalah lempung berpasir. Luas lahan yang diusahakan adalah 100 m2. Lahan kakao terletak di dekat rumah atau pekarangan warga. Hampir di setiap pekarangan rumah di desa tersebut ditanami pohon kakao karena anjuran pemerintah dan ketua kelompok tani. Cara pengolahan: 1. Tanah ringan/gembur : tanah dibajak atau di cangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, diratakan langsung ditanami 2. Tanah berat dan berair: tanah dibajak atau di cangkul 1 2 kali sedalam kurang lebih 20cm, dibuat bedengan-bedengan atau guludan juga dibuat saluran drainase, baru dapat ditanam
III.
Penanaman Jarak tanam kakao adalah 4 x 2 m, 3 x 3 m atau 4 x 3 m. Usahakan larikan barisan tanaman kakao lurus kesemua arah. Pembuatan lobang tanaman dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Lubang dibuat 6 bulan sebelum tanam dan kedalam lobang diisi pupuk kandang sebanyak 5 - 10 kg/lobang. Tutuplah lobang tanam 3 bulan sebelum tanam untuk menjaga agar batu-batu dan sisa akar tanaman tidak masuk kedalam lobang. Jarak tanam yang diajurkan adalah 3 X 3 m2 . Jarak ini sangat ideal karena nantinya pohon akan membentuk tajuk yang seimbang sehingga tanaman tidak akan mudah tumbang.
IV.
Pemupukan Pupuk yang digunakan adalah urea dan SP36, tidak diketahui jumlah dosis yang digunakan karena pupuk di takar oleh pemerintah, warga tidak mengetahui takarannya. Cara
pemupukan adalah di tabur melingkar di sekitar batang kakao. Sebelumnya dibuat parit kecil melingkar di sekitar pohon kemudian parit tersebut ditabur pupuk sesuai dosisnya. Pemberian pupuk anorganik dilakukan 2 kali setahun, yaitu awal musim hujan (oktober-november) dan akhir musim hujan (maret-april). Dosis yang dianjurkan adalah 1. Pupuk ZA ( 2 x 250 gram per pohon), 2. Pupuk urea ( 2 x 125 gram per pohon), 3. Pupuk TSP ( 2 x 125 gram per pohon), dan 4. Pupuk KCl ( 2 x 125 gram per pohon ). Pupuk anorgaik dapat ditaburkan di sekeliling pohon atau diletakkan pada parit pada salah satu pohon, dengan kedalaman parit 30 cm dan pupuk tersebut kemudian ditimbun dengan tanah setebal 5 cm. ( Anne Ahira,2012 ). V. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat, baik, seragam dan memperoleh hasil yang tinggi. Pemeliharaan kakao meliputi:
1.
Penyulaman. Apabila ada tanaman ubi kayu yang mati atau tumbuh sangat merana harus segera dilakukan penyulaman. Waktu untuk penyulaman paling lambat 5 minggu setelah tanam.
2.
Penyiangan dan Pembumbunan. Penyiangan dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma (tanaman pengganggu). Penyiangan kedua dilakukan pada saat ubi kayu berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga ubi kayu dapat tumbuh dengan sempurna, memperkokoh tanaman supaya tidak rebah.
3.
Pemangkasan. Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu : 1. Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan letaknya simetris. meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan
2. Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya. 3. Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau. 4. Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding. VI. Hama dan Penyakit Hama penting bagi tanaman kakao adalah penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) dan kepik pengisap buah (Helopeltis spp.).Sedangkan penyakit yang sering menyerang kakao adalah: Penyakit Vascular streak dieback (VSD) Oncobasidium theobromae yang dapat menyerang di pembibitan sampai tanaman dewasa dan busuk buah Phytophthora palmivora, yang dapat menyerang buah muda sampai masak. Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit pada tanaman kakao adalah :
1.
Sanitasi lapang baik selama kegaiatn budiaya maupun pascapanen ( sisa tanaman dibakar )
2. 3. 4. 5. 6.
Menggunakan bibit yang sehat dari varietas tahan penyakit Pengolahan tanah secara sempurna Pengaturan tanaman pelindung dan pemangkasan Penggunaan pestisida jika perlu Penggunaan pestisida nabati
VII.
Panen Kriteria utama umur panen ubi kayu adalah kadar pati optimal, yakni pada saat tanaman berumur 7-9 bulan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun mulai agak menguning, dan banyak daun yang rontok. Sifat khusus ubi kayu ialah bobot ubi kayu meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel. Tanaman dapat dipanen pada umur 7 bulan atau ditunda hingga 12 bulan. Namun penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Berikut adalah tehnik panen yang benar :
1. 2. 3.
Buanglah batang batang ubi kayu terlebih dahulu. Tinggalkan pangkal batang -+ 10 cm untuk memudahkan pencabutan Cabutlah tanaman dengan tangan menggunakan tenaga dari seluruh tubuh, sehingga umbinya dapat diangkat keluar dari tanah.
4.
Pada tanah berat, pakailah alat pengungkit berupa sepotong bambu atau kayu. Ikat pangkal batang dengan kayu, ujung pengungkit diletakkan di atas bahu, kemudian angkatlah perlahan lahan ke atas.
VI. ASPEK FINANSIAL A. Biaya usaha tani ketela pohon Biaya usaha tani kakao dapat di bedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya produksi yang digunakan untuk membiayai faktor produksi yang sifatnya tetap seperti biaya sewa lahan, sewa traktor, membeli peralatan penunjang produksi (tanki semprot, cangkul, dan sabit).Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk pengadaan factor produksi yang besarnya berubah ubah seperti biaya untuk bibit, pupuk, pestisida dan biaya untuk tenaga kerja. Besarnya biaya rata-rata usaha tani Ketela pohon setiap hektarnya dapat dilihat pada Tabel berikut: Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp)
No I
Komponen PENGELUARAN A. Biaya Tetap 1. Sewa Lahan 2. Sewa Traktor 3. Tanki Semprot 4. Cangkul 5. Sabit 6. Sewa mobil angkut (panen)
Volume Satuan
Keterrangan
1 1 2 5 6 2
6 bulan
II
Sub total B. Biaya Variabel 1. Pengolahan tanah dan 8 membuat guludan 2. Penyiapan bibit 8 3. Penanaman 20 4. Pemeliharaan a. Penyulaman 5 b. Penyiangan dan 10 pembumbunan c. Pemupukan dan 8 pembalikan batang d. Pengairan 3 e. Pengendalian OPT 6 f. Panen 30 g. Pasca panen 10 5. Sarana Produksi a. Bibit 11.000 b. Urea 200 c. TSP 100 d. KCl 200 e. Insektisida 4 Marshal 25 ST
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK Stek kg kg kg botol
30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
240.000 240.000 600.000 150.000 300.000 240.000 90.000 180.000 900.000 300.000 9.000 stek batang/ha 2.000 stek cadangan dasar, susulan isi 500 ml HOK = Hari Orang Kerja Biaya pekerja sudah termasuk uang makan 1 kali
1.000 11.000.000 2.000 400.000 3.000 300.000 2.500 500.000 50.000 200.000
15.640.000 23.070.000
B. Penerimaan Penerimaan usaha tani merupakan nilai dari produk ketela rambat yang dihasilkan.Pada umumnya penerimaan dalam usahatani ubi jalar dipengaruhi oleh produktivitas dan harga pada saat panen. Produksi ubi jalar varietas unggul mampu menghasilkan 70 ton/ha, sedangkan harganya berkisar Rp 2000/Kg. Perhitungan Penerimaan usaha tani ubi jalar dihitung dengan mengalikan total produksi ketela rambat dengan harga ketela rambat. Penerimaan : 70.000 kg x Rp 2.000 = Rp 140.000.000 C. Pendapatan Pendapatan usaha tani merupan nilai bersih yang didapat dari suatu usaha tani. Perhitungan pendapatan usaha tani dilakukan dengan cara penerimaan usaha tani dikurangi biaya usaha tani. Pendapatan : Rp 140.000.000 Rp 23.070.000 = Rp116.930.000
D. Analisis perbandingan penerimaan dan biaya (Revenue and Cost ratio) Analisis perbandingan penerimaandan biaya (Revenue and Cost ratioatau disingkat dengan R/C ratio), yaitu jumlah penerimaan total dibagijumlah pengeluaran total. Kriteriayang diambil yaitu: 1. Apabila R/C ratio > I berarti usahatani ubijalar tersebut mendapat keuntungan. 2. Apabila R/C ratio = 1 berarti usahatani ubijalar tersebut impas. 3. Apabila R/C ratio < 1 berarti usahatani ubijalar tersebut mengalami kerugian. R/C ratio : 140.000.000/23.070.000 = 6,07 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai R/C ratio sebesar 6,07 artinya usaha tani ubi kayu tersebut memberikan penerimaan sebesar 607 % atau setiap Rp 100,0 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 607. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis Revenue Cost Ratio, maka usaha tani ubi kayu tersebut menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hafsah (2004), jika hasil perhitunganR/C ratio lebih besar dari satu maka usaha tani ubi kayu tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
E. Analisis titik impas balik modal (Break Event Point atau BEP) 1. BEP Volume Produksi BEP volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usahatani agar tidak mengalami kerugian. Hasil ini menunjukkan bahwa pada tingkat penjualan sebesar Xkg, usahatani tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
BEP Volume Produksi = 23.070.000/2.000 = 11.535 Kg Nilai tersebut menggambarkan produksi minimal yang harus dicapai dalam usahatani agar tidak mengalami kerugian. Hasil ini menunjukan bahwapada tingkat penjualan sebesar 11.535 Kg usahatani tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian. 2. BEP Harga Produksi BEP harga produksi menggambarkan tingkat harga terendah untuk mencapai titik pulang modal. Tingkat harga terendah ini merupakan harga dasar. Apabila harga jual produk di tingkat petani lebih rendah dari pada harga BEP, maka usaha tani akan mengalami kerugian. Hasil ini menunjukan bahwa pada tingkat harga penjualan Rp X/kg, usahatani tidak menghasikan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
BEP Harga Produksi = 23.070.000/70.000 = Rp 329,57 /kg Nilai tersebut menggambarkan harga terendah untuk mencapai titik pulang modal. Apabila harga jual ubi kayu ditingkat petani lebih rendah dari harga dasar yaitu Rp 329,57/Kg maka usahatani akan mengalami kerugian. F. Analisis tingkat efisiensi penggunaan modal Analisis tingkat efisiensi penggunaan modal (Return of Investment)
menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan modal berkaitan dengan keuntungan usahatani yang diperoleh. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh besarnya keuntungan yang dicapai dan perputaran modal (Dede Juanda dan Sambang Cahyono, 2004).
ROI : 116.930.000/23.070.000 x 100%= 504,85% Nilai ROI sebesar 504,85%/usahatani menunjukan bahwa dari Rp100,00 modal yang ditanam, akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 504,85. Semakin besar hasil persentase nilai ROI maka penggunaan modal pada usaha tani semakin efesien sehingga secara ekonomi usaha tani ubi kayu layak dijalankan. G. hasil produk olahan ketela ( Nata de cassva) Biaya pemasukan Pendapatan Pengeluaran Biaya tetap Pisau Baskom Panci kecil Panci besar Pengaduk Ember Saringan besar Kompor + gas Parutan singkong Gelas ukur Drum/penampung Nampan plastik Torong Botol sirup Gayung Total Biaya variabel Singkong Formula 1 Formula 2 Bibit(air kelapa + bumbu) Asam cuka Gaji karyawan Total Total biaya Volume 9984 Satuan Kg Harga/satuan (Rp) 3.000 Total (Rp) 29.952.000
5 10 4 6 4 4 6 3 3 5 20 2100 50 400 4
Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah
4.000 10.000 150.000 225.000 20.000 30.000 15.000 250.000 5.000 50.000 130.000 2500 4.000 500 35.000
20.000 100.000 600.000 1.350.000 80.000 120.000 90.000 750.000 15.000 250.000 2.600.000 5.250.000 200.000 200.000 140.000 11.765.000
2. BEP Produksi : Total biaya : harga = 20.620.000 : 9984 3. BEP Harga 4. R/C
: Total biaya : produksi = 20.620.000 : 3000 = 6873,3 : Penerimaan : biaya = 29.952.000 : 20.620.000 = 1,45
Berdasarkan analisis usaha diatas, didapat profit sebesar 9.332.000 dengan BEP Produksi lebih kecil dari produksi yang dihasilkan, BEP Harga lebih kecil dari harga yang ditetapkan, R/C lebih dari 1, dan produktivitas modal sebesar 0,45, maka usaha ini layak untuk diusahakan.
VII.
Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Proposal Nata De Cassava. Dalam http://capitmerah.blogspot.com/2011/03/ proposal-nata-de-casava.html. Akses Terakir 02 Januari 2014 Anonim. 2013. Manfaat Singkong Kandungan Nutrisi. Dalam http://www.gen22.net/2013/04/ manfaat-singkong-kandungan-nutrisi-dan.html#sthash.IgBdvTdo.dpuf. Akses Terakir 02 Januari 2014 Anonim. 2014. Pengaturan Waktu Tanam dan Waktu Panen. Dalam http://balitkabi.litbang. deptan.go.id/hasil-penelitian/ubi-kayu/89-pengaturan-waktu-tanam-dan-waktu-panenubikayu-.html. Akses Terakir 02 Januari 2014