7324 19588 1 PB
7324 19588 1 PB
7324 19588 1 PB
p-ISSN:2620-3251|e-ISSN: 2615-6121
Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17
PENDAHULUAN
Motivasi belajar merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang siswa.
Apalah artinya siswa pergi ke sekolah tanpa motivasi untuk belajar. Motivasi adalah salah
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Apabila siswa termotivasi maka
siswa akan belajar dengan segenap tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin untuk
mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Seperti halnya yang telah diungkapkan di
atas, bahwa motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
keefektifan dalam pembelajaran.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar
adalah sebagai berikut: (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil
El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17 |9
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Team Assisted
Individualization
akhir; (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan
teman sebaya; (3) Mengarahkan kegiatan belajar; (4) Membesarkan semangat belajar; (5)
Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya
adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan; individu dilatih untuk menggunakan
kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.
Berdasarkan penjelasan di atas jelas betapa pentingnya motivasi belajar bagi siswa
Di dalam Al-Qur’an surat Al Mujaadilah ayat 11, Allah SWT berfirman:
El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17 |10
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Team Assisted
Individualization
3. Diketahui dari 25 orang siswa, ada 56% atau 14 orang siswa yang tidak mengumpulkan
tugas tepat waktu.
4. Diketahui dari 25 orang siswa, hanya 40% atau 10 orang siswa yang mengerjakan soal-
soal dengan wajah yang ceria.
5. Diketahui dari 25 orang siswa, hanya 48% atau 12 orang siswa yang giat membaca buku
dan selalu memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran.
Sebelumnya guru telah menggunakan berbagai metode sebagai berikut:
a. Menggunakan berbagai pendekatan dan metode yang bervariasi dalam pembelajaran
seperti kombinasi antara metode ceramah dan tanya jawab, dan pemberian tugas.
b. Mengurangi kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
media gambar, khususnya media gambar yang berhubungan dengan materi
pembelajaran.
Guru telah berupaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika. Diantaranya sebagai berikut :
a. Memancing siswa agar tetap semangat dengan memberikan pertanyaan diawal dan
diakhir pembelajaran.
b. Memberikan pujian dan mengaktifkan siswa agar termotivasi dalam belajar.
Berdasarkan gelaja-gejala yang dikemukakan di atas, dapat dianalisa bahwa motivasi
belajar siswa masih rendah, khususnya pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu
peneliti bermaksud menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization.
Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah mengombinasikan
pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual, maksudnya proses pembelajaran
dalam bentuk kelompok 4-5 orang yang heterogen yang bertujuan untuk mempersiapkan
diri masing-masing anggotanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada saat evaluasi
dilakukan. Tim berfungsi sebagai wadah untuk memastikan bahwa anggotanya benar-benar
telah siap melakukan pertanggungjawaban proses belajar mengajar, intinya adalah penilaian
dilakukan secara individu bukan tim.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization untuk Meningkatkan Motivasi Belajar siswa pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas IV SD IT Darul Hikmah Pekanbaru”.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti dalam penelitian ini
sebagai pelaksana penelitian, pengumpulan data, penganalisis data dan pelaporan hasil
penelitian melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Untuk
mengumpulkan data di lapangan penulis menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.
Teknik analisis data terhadap aktivitas guru dan siswa dilaksanakan menggunakan
teknik persentase. Setelah data terkumpul melalui observasi, data tersebut diolah dengan
menggunakan rumus persentase, yaitu sebagai berikut:
El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17 |11
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Team Assisted
Individualization
Keterangan:
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = Angka persentase
100% = Bilangan tetap
Motivasi belajar adalah hasil observasi melalui indikator motivasi belajar siswa.
untuk menghitung motivasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan analisis data statistik
deskriptif.
Interval kategori untuk motivasi belajar siswa:
a. 81%-100% Sangat Tinggi
b. 61%-80% Tinggi
c. 41%-60% Sedang
d. 21%-40% Rendah
e. 0%-20 % Rendah Sekali
El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17 |12
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Team Assisted
Individualization
Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran matematika siklus I (pertemuan 1 dan 2), berada diklasifikasi “tinggi”, karena
rata-rata persentase pertemuan pertama dan pertemuan kedua adalah 61,14% dan berada
pada rentang 61%-80%, walaupun motivasi belajar siswa secara keseluruhan sudah berada
pada kategori tinggi, akan tetapi masih ada indikator motivasi yang belum mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu ada tiga indikator motivasi, yang
pertama bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, kedua timbulnya rasa
keingintahuan dan keberanian siswa, ditandai dengan siswa giat membaca buku dan selalu
memperhatikan guru menjelaskan pelajaran, dan yang ketiga mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru dengan wajah yang ceria, untuk perbaikan di siklus II guru akan lebih
El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17 |13
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Team Assisted
Individualization
mengontrol setiap siswa di dalam kelompoknya. Melihat hal itu, peneliti melanjutkan
penelitiannya pada siklus II dengan harapan bisa menigkatkan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran TAI dengan cara
memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I.
Siklus II
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
Siklus II pertemuan 3 sebesar 83,33% dengan kategori baik dan pertemuan 4
sebesar 88,89% dengan kategori baik sekali. Berdasarkan hasil tersebut terjadi peningkatan
dari siklus I ke silklus II.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pada Siklus II
Siklus Pertemuan Aktivitas Guru(%) Kategori
II III (Ketiga) 83,33% Baik
IV (Keempat) 88,89% Baik Sekali
Rata-rata 87,5% Baik Sekali
Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II yang dilakukan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada siklus II
El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17 |14
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Team Assisted
Individualization
(pertemuan 3 dan 4) ini berada pada klasifikasi “tinggi”, karena rata-rata persentase
77,42% dan berada pada rentang 61%-80%. Setelah dilaksanakan tindakan melalui model
pembelajaran TAI dan diamati oleh observer, selanjutnya peneliti melakukan refleksi yang
tujuannya untuk memperbaiki kesalahan dan kelemahan yang terjadi pada siklus II. Pada
siklus II ini proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Adapun motivasi belajar
yang diperoleh siswa menunjukan peningkatan. Sebagai mana diketahui pada siklus II
ketuntasan siswa secara klasikal meningkat menjadi 77,42. Artinya motivasi belajar siswa
pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dengan rentang
61%-80%. Untuk itu peneliti tidak perlu melakukan siklus berikutnya.
Pembahasan
Aktivitas Guru
Aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model
pembelajaran TAI terjadi peningkatan. Pada siklus 1 setelah dilakukan observasi maka
aktifitas guru dengan penerapan model pembelajaran TAI pada siklus I ini berada pada
kategori cukup, dan aktifitas guru dengan penerapan model pembelajaran TAI pada siklus
II ini berada pada kategori baik sekali dengan persentase 87,5%. Perbandingan aktivitas
guru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Aktivitas Guru
Siklus Rata-rata Kategori
Siklus I Pertemuan 1 55,56% Kurang
Siklus I Pertemuan 2 63,89% Cukup
Siklus II Pertemuan 3 83,33% Baik
Siklus II Pertemuan 4 88,89% Baik Sekali
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1
sebesar 55,56% dengan kategori kurang, pada pertemuan 2 sebesar 63,89% dengan
kategori cukup, pada siklus II pertemuan 3 sebesar 83,33% dengan kategori baik, dan
pada pertemuan 4 sebesar 88,89% dengan kategori baik sekali. Berdasarkan hasil tersebut
terjadi peningkatan.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa I mencapai 65,78% dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus
II sebesar 80% dengan kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Aktivitas Siswa
Siklus Rata-rata Kategori
Siklus I Pertemuan 1 62,67% Cukup
Siklus I Pertemuan 2 68,89% Cukup
Siklus II Pertemuan 3 75,56% Baik
Siklus II Pertemuan 4 84,44% Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa siklus I pertemuan
1 sebesar 62,67% dengan kategori cukup, pada pertemuan 2 sebesar 68,89% dengan
El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17 |15
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Team Assisted
Individualization
kategori cukup, pada siklus II pertemuan 3 sebesar 75,56% dengan kategori baik, dan
pada pertemuan 4 sebesar 84,44% dengan kategori baik.
Motivasi Belajar Siswa
Perbandingan antara motivasi belajar siswa sebelum tindakan, siklus I dan siklus II
secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Motivasi Belajar Siswa
Siklus Rata-rata Kategori
Sebelum Tindakan 40,57% Rendah
Siklus I 61,14% Tinggi
Siklus II 77,42% Tinggi
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa sebelum
tindakan sebesar 40,57% dengan kategori rendah, pada siklus I sebesar 61,14% dengan
kategori tinggi dan pada siklus II sebesar 77,42% dengan kategori tinggi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang berhubungan dengan model pembelajaran
TAI adalah: (1) Guru disarankan agar teliti dalam mencermati nilai rata-rata siswa, agar
terbentuk kelompok secara heterogen; (2) Guru disarankan agar menguasai materi
pembelajaran yang akan di ajarkan; (3) Guru disarankan agar menciptakan persepsi bahwa
keberhasilan setiap siswa ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya supaya kerja sama
siswa di dalam kelompok bisa terlaksana dengan baik; (4) Kepada guru disarankan untuk
menjadikan model pembelajaran TAI sebagai salah satu alternatif model pembelajaran
yang diterapkan di kelas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
yang lain; (5) Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar dapat menggunakan model
pembelajaran TAI ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
REFERENSI
Arikunto, S. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17 |16
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Team Assisted
Individualization
El-Ibtidaiy: Journal of Primary Education, Vol. 2, No. 1, April 2019, Hal 9–17 |17