Pengaruh Model Pembelajaran SCL TD Motivasi Belajar Siswa
Pengaruh Model Pembelajaran SCL TD Motivasi Belajar Siswa
Pengaruh Model Pembelajaran SCL TD Motivasi Belajar Siswa
1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
ABSTRACT
The purpose of this research was to determine the effect of student centered
learning (SCL) and teacher centered learning (TCL) models on the learning
motivation of MTs students in terms of jenis kelamin. The sample is 80 students of
superior class. Collection method with Purposive Sampling technique. The
researcher designed a self-designed learning motivation variable questionnaire
based on the theoretical aspects of Chernis & Goleman (2001) there were 8
behavioral indicators with 44 items. There are 30 valid and valid items. TCL in the
form of a conventional learning model. SCL with STAD type learning model. Data
analysis using 2-way Anava. The results of the study concluded that there was a
significant difference between the learning motivation of students taught by the
SCL and TCL learning models, with a coefficient of F=16,766 with a value of p =
0.000 or p <0.05. There is no difference in learning motivation between female
and male students with a coefficient of F = 2.007 with p = 0.161 or p > 0.05. There
is no effect of the interaction of the learning model with the jenis kelamin of
students on learning motivation with a coefficient of F=0.363 with p>0.05.
Keywords: Student Centred Learning (SCL), Teacher Centred Learning (TCL),
Learning Motivation, Jenis kelamin
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran student centred learning (SCL) dan teacher centred learning (TCL)
terhadap motivasi belajar siswa MTs ditinjau dari jenis kelamin. Sampel
berjumlah 80 siswa kelas unggulan. Metode pengumpulan dengan tekhnik
Purpossive Sampling. Kuesioner variabel motivasi belajar peneliti rancang
sendiri berdasarkan aspek teori Chernis & Goleman (2001) ada 8 indikator
perilaku dengan 44 item. Item yang valid dan sahih ada 30 item. TCL dalam
bentuk model pembelajaran konvensional. SCL dengan model pembelajaran
tipe STAD. Analisa data menggunakan Anava 2 Jalur. Hasil penelitian
menyimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran SCL dengan TCL, dengan
koefisien F=16.766 bernilai p=0.000 atau p<0.05. Tidak terdapat perbedaan
motivasi belajar antara siswa yang berjenis kelamin perempuan dengan laki-
laki dengan koefisien F=2.007 dengan p = 0.161 atau p > 0.05. Tidak ada
pengaruh interaksi model pembelajaran dengan jenis kelamin siswa terhadap
motivasi belajar dengan koefisien F = 0.363 dengan p > 0.05.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Student Centred Learning (SCL), Teacher
Centred Learning (TCL), Motivasi Belajar, Jenis Kelamin.
66
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses di mana individu secara sadar berusaha untuk
berubah dari ketidaktahuan menjadi pengetahuan, dari kurangnya sikap baik
menjadi baik, dari kurangnya kemampuan menjadi mampu untuk melakukan
sesuatu. Belajar adalah proses yang berlangsung sepanjang hayat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa belajar merupakan proses dimana seseorang dapat
berkompetensi, mengembangkan keterampilan, kemampuan, dan bersikap baru.
Hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku aktual dan potensial. Namun,
keberhasilan dalam belajar tidak mudah untuk diraih sebab ada banyak faktor yang
mempengaruhinya dalam belajar, salah satunya adalah masalah motivasi siswa
karena belajar memerlukan itu.
Para ahli di bidang psikologi menyatakan Motivasi merupakan proses dari
dalam diri suatu individu yang aktif setiap saat, mendorong, mengarahkan dan
mempertahankan perilakunya (Wahab & Rosnawati, 2021). Artinya, ketika
menyangkut kegiatan belajar, kecenderungan umum dari kekuatan motivasi siswa
yang tersembunyi, yang membangkitkan niat untuk melakukan kegiatan belajar,
sehingga tujuan mata pelajaran yang diinginkan tercapai. Selanjutnya menurut
Chernis & Goleman (2001) dalam (Wahab & Rosnawati, 2021) motivasi belajar
merupakan kecenderungan seseorang atau salah satu fasilitas seseorang melalui
semangat dan kegigihan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam melakukan
kegiatan belajar.
Jika seseorang telah mempunyai motivasi yang besar dalam diri, dia tidak
membutuhkan dorongan semangat dari luar dirinya. Hal inilah yang dikatakan
dengan motivasi instrinsik. Dari dalam diri orang tersebut mempunyai tenaga
pendorong. Hal sebaliknya akan terjadi apabila motivasi insrtinsik kecil, maka siswa
perlu mendapat dorongan semangat dari luar dirinya. Hal ini disebut ekstrinsik,
yaitu tenaga pendorong yang datangnya dari luar diri seseorang itu sendiri, bisa
dicontohkan berasal dari lingkungan di sekitar siswa ini. Selain itu, bisa berasal dari
pengajar atau guru, orangtua, saudara, teman, buku bacaan dan sebagainya.
67
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
Seperti yang dikatakan (Wahab & Rosnawati, 2021) bahwa motivasi belajar
merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau
fasilitas pembangun bagi kesediaan dan keinginan dalam diri siswa sehingga
mereka mau belajar secara kreatif, aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dalam
upaya perubahan terhadap perilaku menjadi baik dalam aspek kognitif, efektif, dan
psikomotor.
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Salah satunya yaitu
kepiawaian seorang guru dalam merancang strategi pembelajaran yang dapat
merangsang minat sehingga motivasi siswa dapat dibangkitkan. Keberhasilan
Pendidikan secara mikro ditataran pembelajaran level kelas adalah jika seorang
guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya (Wahab & Rosnawati,
2021). Apabila motivasi belajar siswa tumbuh dengan baik, maka berbagai kesulitan
akan dapat dihadapi oleh siswa tersebut dengan mudah, tidak peduli seberapa sulit
mata pelajaran atau pembelajaran yang mereka ikuti. Model pembelajaran yang
efektif tergantung pada seberapa baik guru memahami perkembangan dan kondisi
siswa dalam kelas. Tanpa memahami kondisi yang berbeda ini, pengembangan
model pembelajaran oleh guru biasanya belum tentu secara optimal meningkatkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran dan akhirnya tidak dapat memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian hasil belajar siswa (ABIDIN, 2019).
Gejala yang terlihat saat ini adalah masih banyaknya guru yang
menggunakan metode pengajaran yang berpusat pada guru dalam proses
pembelajaran yang berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya objek belajar
sehingga siswa cenderung pasif. Model pembelajaran seperti ini disebut juga dengan
model pembelajaran Teacher Centred Learning (TCL). Sementara model
pembelajaran Student Centred Learning (SCL) adalah pembelajaran yang
memberikan latihan berpikir kritis (critical thinking) dan interaksi sosial (social
interaction), hanya mendapatkan porsi waktu yang sangat sedikit karena guru
hanya disibukkan dengan tugas rutinitas untuk segera menuntaskan kurikulum
yang menjadi tanggung jawabnya.
68
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
Hasil penelitian (Siahaan et al., 2022) mengutip dari pandangan Paulo Freire
(2020:55) model pembelajaran konvensional (TCL) disebut dalam lingkungan
belajar "gaya bank" ketika siswa dibebani dengan materi, mereka hanya memahami
apa yang guru jelaskan. Kemampuan berpikir kritis pada anak-anak menurun
sebagai akibat dari keadaan ini. Menerima sudut pandang Freire di atas, Latief dkk
(2014:17) dalam (Siahaan et al., 2022) menegaskan bahwa model pembelajaran
tradisional berfokus pada guru atau pengajar yang terlalu banyak melakukan
aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus lebih fokus pada tugas-tugas
pemecahan masalah atau latihan penelitian dan penemuan ketika melaksanakan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Selain model pembelajaran yang diterapkan di sekolah, perbedaan jenis
kelamin juga dianggap mempengaruhi motivasi belajar seorang siswa. Seperti hasil
penelitian Makmun (2004) disebutkan bahwa di antara faktor-faktor lainnya, usia,
jenis kelamin, kondisi fisik, kemampuan, dan lingkungan sekitar adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi motivasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baron &
Byrne yang menyatakan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan sebab akibat yang
lemah dengan motivasi belajar dan pengembangan bakat (Hoang, 2008). Dalam
jurnalnya Hoang (2008) menyoroti betapa berbedanya laki-laki dan perempuan
dalam semua fitur dasar mereka. Variasi ini diasumsikan berdampak pada motivasi
belajar karena ketertarikan mahasiswa terhadap mata kuliah, latar belakang pilihan
jurusan, latar belakang keluarga, usia, dan pendekatan pengajaran dosen. Demikian
pula dengan hasil penelitian (Anwar et al., 2019) (Imania et al., 2022) (Anita, 2015).
Perbedaan tersebut diduga berpengaruh pada aspek kehidupan yang dialami
termasuk dalam hal motivasi. Hal inilah yang menarik bagi penulis melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Student Centred Learning
(SCL) dan Teacher Centred Learning (TCL) terhadap Motivasi Belajar Siswa MTs
ditinjau dari Jenis kelamin”.
69
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
METODE
Penelitian saat ini menggunakan metodologi kuasi-eksperimental untuk
mencari perbedaan antara kinerja satu sistem dan sistem lainnya dalam situasi
tertentu (Sugiyono, 2019). Desain penelitiannya adalah pre experimental dengan
one grup pretest posttest yaitu membandingkan hasil pretest dan posttest (sebelum
dan sesudah) untuk menentukan apakah ada dampak dari hasil satu kelompok
sampel yang dianalisis sebelum melakukan eksperimen, pemberian perlakuan dan
membandingkannya dengan kelompok yang diberikan model pembelajaran yang
berbeda. Dimana penelitian yang dilakukan untuk mengkaji mengenai pengaruh
model pembelajaran Student Centred Learning (SCL) dan Teacher Centred Learning
(TCL) terhadap motivasi belajar siswa MTs ditinjau jenis kelamin.
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah MTs Swasta Yayasan Perguruan
Raudhatul Akmal di kecamatan Batang Kuis, Deli Serdang, dengan melibatkan
semua kelas unggulan siswa MTs kelas VII, VIII dan IX sebagai populasinya, dengan
sampel yang dipilih adalah siswa kelas VIII dan IX berjumlah 84 orang.
Informasi dikumpulkan dari jawaban atas kuesioner tertutup yang
menanyakan tentang jenis kelamin, usia, dan pernyataan tentang motivasi belajar.
Kuesioner tersebut memiliki empat pilihan jawaban, sebagai berikut: “sangat
sesuai”, “sesuai”, “tidak sesuai”, dan “sangat tidak sesuai” menggunakan skala Likert
untuk menentukan skor. Sedangkan untuk model pembelajaran TCL (Teacher
Centred Learning), perlakuan diberikan dalam bentuk model pembelajaran
konvensional seperti yang selama ini digunakan di sekolah tersebut. Sementara
untuk model pembelajaran SCL (Student Centred Learning), perlakuan diberikan
dengan model pembelajaran tipe STAD (Student Team Achievement Division). Data
kualitatif ditambahkan berupa wawancara dengan guru bidang studi mata pelajaran
yang terkait.
70
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
HASIL
Setelah dilakukan uji coba terhadap skala motivasi belajar yang terdiri dari
44 item pernyataan dan terbagi kedalam 4 aspek dari motivasi belajar yang
dianalisis dengan program SPSS for windows versi 23, diperoleh bahwa hasil indeks
validitas dengan rentangan 0,301 –0,832. Berdasarkan hasil uji validitas ini maka
butir pernyataan di dalam skala motivasi belajar dinyatakan valid, yaitu dapat
mengukur apa yang akan diukur ataupun alat ukur ini secara tepat dapat mengukur
motivasi belajar. Sedangkan koefisien Alpha Cronbach skala motivasi belajar ini
diangka 0,880, yang diartikan cukup reliabel. Hal ini dapat menjelaskan bahwa alat
ukur ini juga cukup konsisten dan dapat dipercaya dalam mengukur motivasi
belajar diwaktu yang berbeda. Secara lengkap hasil uji coba skala motivasi belajar
yaitu:
Tabel 1. Alat Ukur Motivasi Belajar yang Valid dan Shahih
Pernyataan
No Aspek-aspek Favourable Unfavourable Jumlah
Motivasi Belajar Sahih Gugur Sahih Gugur
1 Dorongan untuk 2,3,4,18 1, 17 13,14,29,3 - 12
Mencapai sesuatu 0,31,32
2 Inisiatif 19,39,43,44 20,40 15,33,34,3 16,36 12
5
3 Komitmen 10 9,11,12 22,23,24 21 8
4 Optimis 26,28,38,37 25,27 7,8,41,42 5,6 12
Jumlah 13 9 17 5 44
Berdasarkan Tabel 1 di atas, alat ukur Motivasi Belajar yang valid dan sahih
diperoleh hasil bahwa pernyataan favourable terdapat 13 item yang valid dan Sahih
dan 9 item yang gugur. Sedangkan untuk item yang unfavourable sebanyak 17 item
yang valid dan sahih serta 5 item yang gugur. Berdasarkan data ini maka ada 30 item
yang valid dan sahih yang dipergunakan menjadi alat ukur dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data untuk melihat pengaruh
pemberian model pembelajaran SCL dan model pembelajaran TCL terhadap
motivasi belajar ditinjau dari jenis kelamin. Analisis data yang dilakukan
menggunakan Analisa Statistik Anava 2 Jalur. Terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas kelompok sebagai berikut:
71
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Standardized .090 80 .164 .984 80 .397
Residual for
MOTIVASI BELAJAR
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil perhitungan uji normalitas tersebut, diketahui bahwa sebaran data
variable motivasi belajar berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.090 dengan p = 164 atau p >0.05.
Tabel 3. Levene's Test of Equality of Error Variancesa,b
Levene Statistic df1 df2 Sig.
MOTIVASI Based on Mean .237 3 76 .870
BELAJAR
72
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
73
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesa pertama diterima, yaitu
ada pengaruh motivasi belajar yang signifikan pada pemberian model pembelajaran
SCL dan pemberian model pembelajaran TCL terhadap motivasi belajar siswa yang
ditunjukkan pada nilai hasil analisis data rerata motivasi belajar siswa di kelas
eksperimen (mean =85.68) yang lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar
siswa di kelas kontrol (mean = 75.63) dimana dibandingkan dengan siswa yang
diajar dengan model pembelajaran TCL, siswa model pembelajaran SCL
menunjukkan tingkat rata-rata motivasi belajar yang lebih tinggi. Melihat dari hasil
analisis data bahwa ada pengaruh tingkat motivasi belajar antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol, maka dapat dikatakan bahwa pemberian model pembelajaran
SCL ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah ini.
Berdasarkan data awal yang diperoleh sebelum dilakukan penelitian ini
didapatkan bahwa motivasi belajar siswa di sekolah ini relatif rendah dan hal ini
semakin diperparah dengan kondisi pandemi kemarin. Selama pembelajaran aktif
kembali di sekolah setelah wabah covid 19, motivasi belajar siswa secara signifikan
mengalami penurunan, seperti hilangnya banyak memori siswa pada pelajaran yang
telah dipelajari sebelumnya sehingga banyak pelajaran yang diulang kembali saat
pembelajaran di sekolah aktif kembali. Pembelajaran yang masih didominasi oleh
model pembelajaran yang berorientasi kepada guru/TCL (Teacher Centred
Learning) pun turut memiliki andil pada menurunnya motivasi belajar siswa karena
merasa jenuh, bosan dan mengantuk setiap guru sedang menerangkan materi
pelajaran.
Pola pembelajaran konvensional (TCL) mengarah pada jenis pendidikan
yang diistilahkan dengan istilah bank. Hasil penelitian (Sesfao, 2020) Interaksi guru-
murid menjadi rumit dengan metode pengajaran gaya bank. Selain itu, gagasan
pendidikan gaya bank memupuk dan mengasahnya, yang menyebabkan pemikiran
siswa menjadi beku dan kesadaran kritis mereka menghilang. Gagasan "pendidikan
gaya bank" adalah sebuah tanda di mana pengajar berperan sebagai deposan dan
memandang murid-muridnya sebagai bank kosong yang perlu diisi. Siswa tidak
74
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
lebih dari sekadar gudang yang tidak imajinatif dalam proses semacam ini. Siswa
diasumsikan sama sekali tidak tahu apa-apa. Ini adalah penindasan terhadap
kesadaran manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi sebuah kegiatan
menabung di mana siswa adalah celengan dan guru adalah penabungnya. Dalam hal
ini bukan proses komunikasi, tetapi guru memberikan.
Sementara (Paruntu et al., 2017) pengetahuan tidak hanya sekedar
dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkonstruksi peserta
didik. Dalam semua kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif.
Oleh karena itu, guru harus lebih fokus pada tugas-tugas pemecahan masalah atau
latihan penelitian dan penemuan ketika melaksanakan pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Selain tidak mencapai peningkatan
perkembangan kognitif yang optimal, penciptaan otak dengan pengetahuan hafalan
dan latihan yang berlebihan juga secara psikologis gagal menyeimbangkan fungsi
otak kiri dan kanan. Akibatnya, pembelajaran tidak dapat menginspirasi siswa
untuk berpikir kreatif dan inovatif.
Menurut teori neurosains, pada tingkat pendidikan menengah dan tersier,
siswa pria lebih puas ketika mereka mempelajari sesuatu yang baru atau sulit,
terutama jika hal tersebut melibatkan melakukan sesuatu secara langsung. Perilaku
ini merupakan hasil dari kinerja otak kirinya yang kuat dan juga dipengaruhi oleh
hormon testosteron dalam dirinya serta struktur hipotalamus yang lebih besar dari
rata-rata. Oleh karena itu, para pendidik harus selalu menyiapkan pola penyajian
materi yang selalu membuat mereka tertantang, baik dengan mengajak mereka
membuat simulasi, membuat kompetisi, debat, dan lain sebagainya. Tidak demikian
halnya dengan anak perempuan. Mereka akan lebih menikmati proses belajar dan
dapat memahami sesuatu dengan cara-cara yang mengedepankan komunikasi
persuasif dengan belajar bersama, membaca, diskusi santai, merumuskan
pemahaman bersama, presentasi, ceramah, dan sebagainya (Gurian, 2010). SCL
adalah model pembelajaran yang dapat mencakup semua pola (metode) penyajian
materi yang dapat menjembatani perbedaan cara belajar siswa laki-laki dan
perempuan karena pendekatannya yang saintifik berupa pembelajaran berbasis
75
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
76
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
Dari uraian di atas juga dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat
dikatakan bahwa yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar
siswa pada penelitian ini adalah model pembelajaran dan bukan faktor jenis
kelamin. Hal ini didukung teori yang dikemukakan oleh (Dimyati & Mudjiono, 2015)
yang mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
seseorang yaitu, salah satunya adalah berupa metode/model pembelajaran yang
diterapkan guru dalam proses belajar mengajar dalam kelas.
Adapun hasil dari penelitian sebelumnya yang berbeda, bisa jadi karena
salah satu penyebabnya adalah masalah sampelnya yang juga berbeda. Untuk siswa
dengan tingkatan SMP sepertinya pelajaran masih belum komplek seperti pada
tingkatan mahasiswa dimana motivasi belajar berupa ketekunan, semangat
berkompetisi, perasaan malu, konsentrasi dan rutinitas belajar menjadi hal yang
penting sehingga dari sinilah dapat terlihat perbedaan jenis kelamin terhadap
motivasi belajar. Hal ini sejalan jika menghubungkannya pada teori neurosains yang
dikutip dari hasil penelitian (Auliah, 2021) dimana dalam teori ini mengatakan
bahwa memasuki usia 6 – 15 tahun, ketika seorang pria mencapai usia 18 tahun
(dewasa), kecepatan pertumbuhan otak kiri dan kanannya sangat ideal. Otak kiri
dan kanan pria mulai berkembang secara seimbang. Mereka mulai mengembangkan
identitas pria mereka pada usia ini dan mulai membangun kerangka kerja dan
pencapaian, melukiskan gambaran masa depan, mengambil peran kepemimpinan
(BEM, UKM, organisasi, dll.), berkomunikasi (orasi, percakapan), dan menjadi
pemimpin.
Selanjutnya adapun untuk hasil analisis hipotesa ketiga adalah sama seperti
hasil analisa statistik hipotesa kedua di atas yakni ditolak. Hasil analisa statistik
dalam pengaruh interaksi antar keduanya menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
interaksi antara kedua kelompok jenis kelamin tersebut dengan model
pembelajaran SCL maupun TCL terhadap motivasi belajar. Hal ini dapat diartikan
bahwa siswa perempuan maupun laki-laki yang diajarkan dengan model
pembelajaran SCL maupun TCL memiliki motivasi belajar yang cenderung sama
atau tidak berbeda. Ini ditunjukkan oleh koefisien F = 0.363 dengan p>0.05. Hal ini
77
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
PENUTUP
Dari hasil analisis data dan pembahasan ditemukan adanya pengaruh yang
signifikan pada pemberian model pembelajaran SCL dan pemberian model
pembelajaran TCL terhadap motivasi belajar siswa, dimana dengan hasil ini dapat
diartikan bahwa pemberian model pembelajaran SCL dapat memberikan pengaruh
positif terhadap motivasi belajar. Kemudian tidak adanya perbedaan motivasi
belajar antara siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Selanjutnya
juga tidak terdapat perbedaan motivasi belajar pada siswa laki-laki yang diberikan
model pembelajaran SCL dan TCL dengan siswa perempuan yang diberikan model
pembelajaran SCL dan TCL. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi faktor yang
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada penelitian ini adalah model
pembelajaran dan bukan faktor jenis kelamin. Model pembelajaran yang digunakan
oleh guru saat memberikan pengetahuan di kelas adalah aspek lain yang
mempengaruhi apakah siswa memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi atau
rendah. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa diperlukan lebih banyak
78
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S., Salsabila, I., Sofyan, R., & Amna, Z. (2019). Laki-Laki Atau Perempuan,
Siapa Yang Lebih Cerdas Dalam Proses Belajar? Sebuah Bukti Dari Pendekatan
Analisis Survival. Jurnal Psikologi, 18(2), 281.
https://doi.org/10.14710/jp.18.2.281-296
Gurian, M. (2010). Boys and Girls Learn Differently: A Guide For Teachers and Parents.
Jossey-Bass.
Harso, A., & Merdja, J. (2019). Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Fisika Ditinjau
dari Jenis Kelamin. Science and Physics Education Journal (SPEJ), 3(1), 11–20.
https://doi.org/10.31539/spej.v3i1.991
Imania, H., Latifah, M., & Yuliati, L. N. (2022). Kecemasan, Efikasi Diri Akademik,
Motivasi Belajar: Analisis Jenis Kelamin pada Mahasiswa selama Pandemi
Covid-19. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 15(3), 251–263.
https://doi.org/10.24156/jikk.2022.15.3.251
Paruntu, P. E., Nadia, L. N., & Kholifah, S. (2017). Penerapan Model Pembelajaran
Konvensional Berbantu Media CD Interaktif dan TGT Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 241–247.
79
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health. Vol 4, No.1, Juni 2023, 66 - 80
Website: https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JIVA/index
ISSN : 2723-4363 (Online)
Santana, K., Dewi, F. I. R., & Budiarto, Y. (2018). Perbandingan Motivasi Belajar Siswa
Kelas V Sd X, Y, Z Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Partisipasi Bimbingan Belajar.
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 1(2), 41.
https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v1i2.989
Siahaan, J. H., Sihombing, S., & Simamora, B. A. (2022). Studi Komparasi Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah dan Model Pembelajaran Konvensional pada Mata Pelajaran IPS
Terpadu Kelas VIII di SMPN 10 Pematangsiantar T.A. 2022/2023. Cendikia :
Media Jurnal Ilmiah Pendidikan, 13(2), 188–195.
Wahab, G., & Rosnawati. (2021). Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. In Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents (Vol. 3, Issue April).
http://repository.uindatokarama.ac.id/id/eprint/1405/1/TEORI-TEORI
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.pdf
80