Panen Dan Pasca Panen Kopi 2
Panen Dan Pasca Panen Kopi 2
Panen Dan Pasca Panen Kopi 2
3.1 Panen
Panen adalah proses pemetikan/pemungutan buah kopi yang telah tepat
matang. Waktu yang diperlukan kuncup bunga untuk menjadi kopi yang siap panen berbeda-
beda tergantung jenis kopi yang ditanam. Pada tanaman kopi arabika pembentukan buah
memakan waktu 8 sampai 11 bulan, sedangkan pada kopi robusta buah terbentuk lebih cepat
yakni antara 6 sampai 8 bulan. Untuk memperoleh kualitas biji kopi yang baik, panen
dianjurkan hanya dilakukan dengan memetik buah-buah kopi yang matang saja.
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah
masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah
berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna
merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over
ripe). Kematangan buah kopi ditandai dengan kekerasan dan komponen senyawa gula di
dalam daging buah. Buah kopi matang kulit buah yang memerah tua, mempunyai daging
buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga
rasanya manis. Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak
manis karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir
pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin
sudah terurai secara alami akibat proses respirasi.
Panen kopi dalam satu kebun tidak serempak biasanya berlangsung di musim
kemarau yakni antara bulan Mei sampai September., karena itu ada beberapa cara pemetikan :
a. Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
b. Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
c. Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan.
d. Secara racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau,
biasanya pada pemanenan akhir.
Oleh karena itu pemetikan dalam proses pemanenan dilakukan secara bertahap.
Tahapan pemetikan kopi tersebut antara lain tahap pemetikan pendahuluan, petik merah, dan
petik racutan.
1. Pemetikan pendahuluan
Pemetikan pendahuluan dilakukan untuk mengambil buah-buah kopi yang terserang
hama bubuk buah, biasanya dilakukan antara bulan Februari dan Maret. Pemetikan ini
bertujuan untuk menghindari penyebaran hama tersebut dengan memutus siklus hidupnya.
Buah-buah yang terserang hama bubuk menunjukan ciri-ciri berwarna kuning kehijauan.
Buah-buah ini dipetik kemudian direbus dan dijemur untuk kemudian diolah dengan metode
pengolahan kering.
2. Petik merah
Petik merah sering disebut pula dengan istilah panen raya. Panen ini dimulai pada bulai
Mei dan berakhir di bulan September. Petik merah dilakukan dengan memetik buah-buah
kopi yang sudah merah matang pada tanaman setiap 10 – 14 hari. buah-buah kopi hijau yang
mungkin ikut terpetik harus dipisahkan dari buah kopi matang agar mutu kopi olahan
nantinya tidak menurun. Buah-buah kopi matang ini, pada proses pembuatan kopi
luwak biasanya langsung dibersihkan dan dihidangkan pada luwak yang ada di kandang
penangkaran.
3. Petik racutan dan lelesan
Petik racutan dilakukan dengan memanen semua buah yang ada di tanaman setelah
bulan September atau setelah petik merah selesai dilakukan dan sisa buah di pohon hanya
tertinggal sekitar 10% saja, sedangkan lelesan dilakukan dengan mengambil semua buah
yang jatuh tertinggal di tanah. Petik racutan dan lelesan dilakukan sejatinya hanya untuk
meminimalkan serangan hama bubuk buah pada musim panen berikutnya, karena buah-buah
yang tersisa pasca petik merah jika tidak diambil hanya akan menjadi inang untuk hama
bubuk buah.
b. Biji merah (superior) diolah dengan metoda pengolahan basah atau semi-basah, agar
diperoleh biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran
hijau,kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering.
c. Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak
selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan
citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented). Pengolahan Cara kering
Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan mengingat kapasitas olah kecil, mudah
dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani.
Beberapa tipe huller sederhana yang sering digunakan adalah huller putar tangan (manual),
huller dengan pengerak motor, dan hummermill.
b. Fermentasi
Fermentasi (fermentation) adalah proses yang bertujuan untuk melunakan sisa lapisan
lendir yang menempel di permukaan kulit
tanduk biji kopi oleh mikroba aerob setelah pengupasan kulit buah. Fermentasi umumnya
dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika, bertujuan untuk meluruhkan lapisan lendir yang
ada dipermukaan kulit tanduk biji kopi. Selain itu, fermentasi mengurangi rasa pahit dan
mendorong terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhan kopi arabika. Fermentasi ini
dapat dilakukan secara basah dengan merendam biji kopi dalam genangan air, atau fermentasi
cara kering dengan cara menyimpan biji kopi HS basah di dalam wadah plastik yang bersih
dengan lubang penutup dibagian bawah atau dengan menumpuk biji kopi HS di dalam bak
semen dan ditutup dengan karung goni. Agar fermentasi berlangsung merata, pembalikan
dilakukan minimal satu kali dalam sehari. Lama fermentasi bervariasi tergantung pada jenis
kopi, suhu, dan kelembaban lingkungan serta ketebalan tumpukan kopi di dalam bak. Akhir
fermentasi ditandai dengan meluruhnya lapisan lendir yang menyelimuti kulit tanduk. Waktu
fermentasi berkisar antara 12 sampai 36 jam.
c. Pencucian
1. Pencucian bertujuan menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang menempel di kulit
tanduk.
2. Untuk kapasitas kecil, pencucian dikerjakan secara manual di dalam bak atau ember,
sedangkan kapasitas besar perlu dibantu mesin.
d. Pengeringan
1) Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air biji kopi HS dari 60 – 65 % menjadi
maksimum 12,5 %. Pada kadar air ini, biji kopi HS relatif aman dikemas dalam karung dan
disimpan dalam gudang pada kondisi lingkungan tropis.
2) Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis, dan kombinasi keduanya.
3) Penjemuran merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk pengeringan biji kopi.
4) Ketebalan hamparan biji kopi HS dalam penjemuran sebaiknya 6 – 10 cm lapisan biji.
Pembalikan dilakukan setiap jam pada waktu kopi masih basah.
5) Pengeringan mekanis dapat dilakukan jika cuaca tidak memungkinkan untuk melakukan
penjemuran. Pengeringan dengan cara ini sebaiknya dilakukan secara berkelompok karena
membutuhkan peralatan dan investasi yang cukup besar dan tenaga pelaksana yang terlatih.
Dengan mengoperasikan pengering mekanis secara terus menerus siang dan malam dengan
suhu 45 – 500 C, dibutuhkan waktu 72 jam untuk mencapai kadar air 12,5 %. Penggunaan
suhu tinggi di atas 600 C untuk pengeringan kopi Arabika harus dihindari karena dapat
merusak citarasanya. Sedangkan untuk kopi Robusta, biasanya diawali dengan suhu lebih
tinggi, yaitu sampai 90 – 1000C dengan waktu 20 – 24 jam untuk mencapai kadar air
maksimum 12,5 %, (pemanasan yang lebih singkat), karena jika terlalu lama maka warna
permukaan biji kopi cenderung menjadi kecoklatan Untuk kopi Robusta dibutuhkan waktu
20-24 jam untuk mencapai kadar air 12,5 %.
6) Proses pengeringan kombinasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah penjemuran
untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai 20 – 25 %, dilanjutkan dengan tahap kedua,
yaitu dengan menggunakan mesin pengering. Apabila biji kopi sudah dijemur terlebih dahulu
hingga mencapai kadar air 20 – 25 %, maka untuk mencapai kadar air 12,5% diperlukan
waktu pengeringan dengan mesin pengering selama 24 – 36 jam dengan suhu 45-50 0C.
Pengolahan Cara Semi Basah (Semi Washed Process) Pengolahan secara semi basah
saat ini banyak diterapkan oleh petani kopi arabika di NAD, Sumatera Utara dan Sulawesi
Selatan. Cara pengolahan tersebut menghasilkan kopi dengan citarasa yang sangat khas, dan
berbeda dengan kopi yang diolah secaara basah penuh (WP). Ciri khas kopi yang diolah
secara semi-basah ini adalah berwarna gelap dengan fisik kopi agak melengkung. Kopi
Arabika cara semi-basah biasanya memiliki tingkat keasaman lebih rendah dengan body lebih
kuat dibanding dengan kopi olah basah penuh. Proses cara semi-basah juga dapat diterapkan
untuk kopi Robusta. Secara umum kopi yang diolah secara semi-basah mutunya sangat baik.
Proses pengolahan secara semi-basah lebih singkat dibandingkan dengan pengolahan secara
basah penuh. Untuk dapat menghasilkan biji kopi hasil olah semi-basah yang baik, maka
harus mengikuti prosedur pengolahan yang tepat, yaitu :
3. Pengeringan awal
Pengeringan awal dimaksudkan untuk mencapai kondisi tingkat kekeringan tertentu dari
bagian kulit tanduk/cangkang agar mudah dikupas walaupun kondisi biji masih relatif basah.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran selama 1-2 hari sampai kadar air
mencapai sekitar ± 40 %, dengan tebal lapisan kopi kurang dari 3 cm (biasanya hanya satu
lapis) dengan alas dari terpal atau lantai semen.
Biji kopi dibalik-balik setiap ± 1 jam agar tingkat kekeringannya seragam.
Jaga kebersihan kopi selama pengeringan.